IMAM DARAQUTHNI
Nama Lengkapnya.
Abu
hasan bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas'ud bin Nu'man bin Dinar bin Abdullah
Al Baghdadi.
Tempat Tanggal Lahir
Ad
Daraquthni dilahirkan, sebagaimana yang ia katakan sendiri, pada 5 dzul qo'dah tahun
306 H di Mahallah Dar al Quthn, Baghdad.
Guru-Guru Beliau
Abu
Qasim Al Baghowi, Yahya bin Muhammad bin Shoiq, Abu Bakar bin Abu Dawud,
Muhammad bin Naizuri Al An Maathi, Abu Hamid Muhammad bin Harun Al Hadhromi,
Ali bin Abdullah bin Mubasyar Al Wasithi, Abu Ali Muhammad bin Sulaiman Al
Maliki, Muhammad bin Qosim bin Zakaria Al Maharibi, Abu Umar Muhammad bin Yusuf
bin Ya'qub Al Qadhi, Abu Bakar bin Ziyad An Naisaburi, Hasan bin Ali Al Adawi
Al Bashri, Yusuf bin Ya'qub An Naisaburi, Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ismail
Al Adami, Umar bin Ahmad bin Ali Ad Dairobi dan masih banyak lagi guru-guru
beliau.
Murid-Murid Beliau
Al
Hafizh Abu Abdillah Al Hakim, Al Hafizh Abdul Ghoni, Tamam bin Muhammad Ar
Rozi, Al Faqih Abu Hamid Al Isfiroyayni, Abu Nashir bin Al Jundi, Ahmad bin
Hasan At Toyan, Abu Abdurahman Assulami, Abu Masud Ad Damsyiqi, Abu Nu'aim Al
Asbahani, Abu Bakar Al Barqoni, Abu Hasan Al Atiq, Ahmad bin Muhammad bin Haris
Al Asbahani An Nahwi, Al Qodhi Abu Thoyib At Thobari, Abdul Aziz bin Ali Al Azji.
Dan masih banyak lagi murid-murid beliau yang kebanyakan berasal dari Baghdad, Damsyiq dan Mesir.[1]
Perjalanan Beliau Dalam Menuntut
Ilmu
Imam Daraquthni telah melakukan perjalanan ketika
ia telah dewasa, dari Baghdad
ke beberapa negri-negri islam untuk mencari ilmu. Akan tetapi disetiap
perjalanannya, beliau mendapatkan beberapa murid dan ulama. Mereka meriwayatkan
darinya beliaupun mendengarkan banyak hadits dari mereka.
Beberapa Negri Yang Beliau Kunjungi:
Kuffah,
Bashrah, Waasith, Damsyiq, Syam, Mesir, Makkah (ketika beliau melaksanakan
ibadah haji), Khuzastan, Palestina, Ramalah dan lain sebagainya.
Hakim
berkata: Ad Daraquthni masuk ke Syam dan Mesir sedang beliau sudah menginjak
usia tua, dan berhaji dan beliau mendapatkan manfaat dan memberi manfaat.)[2]
Sanjungan Para Ulama Tarhadapnya.
Al
Azhari berkata: "Ad Daraquthni adalah seorang yang cerdas, dan apabila
beliau menyebutkan sesuatu dari ilmunya maka didapatkan padanya kebenaran yang
banyak."
Ash
shuri berkata: "saya mendengar al hafizh abdul ghoni berkata:
"sebaik-baik perkataan manusia dalam hadis rasulullah r ada tiga orang. yaitu, ibnu Al madini pada masanya, musa bin Harun (ibnu
Hummal) pada masanya, dan Ad Daraquthni pada masanya."
Al
Qodhi Abu Thoyib At Thobari berkata: Ad Daraquthni adalah seorang amirul mu'minin dalam
bidang hadits."[3]
Abu
bakar al khatib mengatakan: "Ad Daraquthni adalah imam dan ulama besar
yang tiada bandingannya pada masanya, kepadanyalah berhenti ilmu atsar,
pengetahuan illat-illat hadits dan nama-nama para perawi hadits. Ia adalah
ulama yang mempunyai sifat jujur, tsiqah, akidah yang benar. Disamping
berpengalaman dalam bidang hadits, ia juga mempunyai pengetahuan yang luas
tentang ilmu bacaan al Qur'an, karena dalam hal ini ia mempunyai kitab ringkas
yang mengumpulkan dasar-dasar ilmu baca al Qur'an."
Diantara
ilmunya yang lain adlah ilmu tentang mazhab-madzhab fuqaha. Kitabnya, assunan
adalah bukti yang cukup mewakili tentang hal itu. Telah sampai kepadaku bahwa
ia belajar fikih Asy-syafi'I kepda Abu said al ashthakhari. Ada juga yang mengatakan ia belajar fikih asy
syafi'I kepada selain Abu said al ashthakhari.
Ilmu
lain yang ia kuasai adlah sastra dan syair. Hamzah bin Muhammad bin thahir
mengatakan bahwa Ad Daraquthni hafal kumpulan syair-syair assayid al Humairi. Oleh karenanya, sebagian
orang menuduhnya sebagai orang yang cenderung kepada syiah."[4]
Abu
abdirrahman assulami, sebagaimana dikutip al Hakim, mengatakan, "aku
bersaksi kepada Allah bahwa syaikh kami Ad Daraquthni tidak menyisakan manusia
di atas bumi yang sama dengannya dalam mengetahui hadits rasulullah r, para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in.[5]
Hafalan Yang Kuat Dan Keilmuannya Yang Luas.
Al
khatib mengatakan: "al azhari menceritakan kepdaku, "telah sampai
kepadaku bahwa Ad Daraquthni saat masih kecil sudah menghadiri majelis ismail
ash-shaffar.
Saat
ismail membaca, Ad Daraquthni menulis sampai di berhasil menulis satu juz kitab
yang telah dibaca ismail. Ada
seorang lelaki yang mengatakan kepadanya: "apa yang kemu dengarkan tidak
sah, karena kamu menulisnya."
Ad
Daraquthni mengatakan, "pemahamanku tidak sama dengan pemahamanmu.
Berapakah hadits yang kamu hafal dari yang telah dibacakan syaikh ismail?"
lelaki itu menjawab, "aku tidak hafal."
Ad
Daraquthni mengatakan: "Syaikh Ismail telah membacakan delapan belas
hadits (Ad Daraquthni menyebutkannya satu persatu secara lengkap dengan sanad
dan matannya)." Dari situ, orang-orang merasa kagum dengannya."[6]
Al
Azhari mengatakan: "jika disebutkan suatu bahasan ilmu, maka dia adalah
orang yang berwawasan luas tentang bahasan tersebut."
Raja'
bin Muhammad Al Muaddil mengatakan, "pada suatu hari, kami berada di
majelis Ad Daraquthni. Saat itu, ia sedang melakukan sholat sunnah. Sementara
salah seorang muridnya membaca nama seorang parawi, Nusair bin Dzal'uq, dengan
bacaan yang salah, yaitu membacanya menjadi Basyir.
Mendengar
bacaan yang salah ini, Ad Daraquthni mengucapkan tasbih. Murid tersebut
mengulangi bacaannya dengan menyebut Busyai. Mendengan bacaan yang kedua ini,
Ad Daraquthni mengucapkan tasbih lagi. Murid tersebut mengulangi untuk ketiga
kalinya dengan menyebut yasir. Mendengar yang ketiga kalinya ini, Ad Daraquthni
mengingatkan bahwa yang benar adalah Nusai dengan membaca ayat, "nun, demi
kalam." ( al qalam ayat 1).
Adz
Dzahabi mengatakan, " Ad Daraquthni adalah lautan ilmu dan imam dunia,
kepadanyalah berhenti hafalan hadits, pengetahuan illat-illat hadits pada para
perawi hadits, mempunyai wawasan yang sangat luas dan mendalam tentang bacaan Al
Qur'an beserta macam-macamnya, fiqh, perkhilafan ulama, peperangan, sejarah
peradaban manusia dan lain-lain.[7]
Keteguhan Mengikuti Sunnah
Adz
Dzahabi mengatakan, "terdapat riwayat yang shahih dari Ad Daraquthni bahwa
ia mengatakan, " sesuatau yang paling aku benci adalah ilmu kalam."
Sebagaimana
yang dikatakan abu abdirrahman assulami, Ad Daraquthni tidak pernah memasuki
ilmu kalan dan perdebatan, akan tetapi mengikuti manhaj salaf."
Meninggalnya.
At
Taj Assubki mengatakan, "Ad Daraquthni meninggal pada hari kamis, 23 dzulqa'dah
tahun 385 H."
Abu
Nashr bin Makula mengatakan, "aku bermimpi seakan-akan aku bertanya
tentang keadaan Ad Daraquthni di akhirat. Lalu dkatakan kepadaku bahwa dia di
syurga dipanggil sebagai imam."[8]
Bahan bacaan:
Siyar a'lam an nubala, Imam Adz Dzahabi
Tarikh baghdad. Al khotib Al Baghdadi
Al imam abu hasan ad daraquthni wa atsaruhu al
ilmiyah. Abdullah bin
Dhoifillah Ar Rohili.
60 biografi ulama salaf. Syekh Ahmad Farid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar