Imam At Thabrani
Nama
Nama lengkapnya adalah Abul
Qosim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthoir Al Lakhmi Asy Syami At Thabrani rahimahullah
ta’ala. Dia adalah seorang Imam yang
Hafidz dan Tsiqoh yang suka bepergian dan melancong, seorang Muhaditsul Islam dan
jembatan para penyeberang ilmu.
Beliau dilahirkan pada
bulan Safar tahun 260 H di kota
‘Uka tempat asal ibunya.
Sifat-sifatnya
Ibnu Mandah mengatakan
; Telah sampai berita kepadaku bahwa At Thabrani adalah orang yang baik
penampilannya.
Ad Dzahabi mengatakan :
Kedua matanya menjadi buta pada akhir hayatnya. At Thabrani mengatakan,”Orang-orang
zindiq telah menyihirku.” Suatu saat muridnya yang bernama Hasan Al Aththar
bermaksud menguji penglihatan At Thabrani dengan mengajukan
pertanyaan,”Berapakah jumlah pasak yang berada di atas atap itu?”Ia menjawab,”Aku
tidak tahu, namun cincinku telah diukir oleh Sulaiman bin Ahmad yang indah.”
Perjalanannya dalam menuntut ilmu.
Beliau pertama kali
mendengar hadits ketika berusia 13 tahun di daerah Tibriyah. Kemudian beliau
pergi ke Al Quds tahun 74, lalu menuju Qoisariyah pada tahun 75 dan beliau
mendengar dari para sahabat Muhammad bin Yusuf Al Firyabi. Kemudian beliau
bersafar ke Himso, Jabalah, kota-kota di Syam dan Hajj dan Ke Yaman kemudian
kembali ke Mesir, Barqoh kemudian ke Irak dan Asbahan dan sampai di sana tahun
290 H lalu beliau keluar darinya. Dia juga pergi ke Al Jazirah, Persi, dan
terakhir kembali ke Asbahan dan menetap. Kemudian menjadi muhaddits di sana sampai beliau wafat.
Dia mendengar hadits
dari negeri Haramain, Yaman, Madain Syam, Mesir, Baghdad, Kufah, Bashroh,
Ashbahan, Khuzistan, dan yang lain-lainnya. Kemudian tinggal di Ashbahan selama
60 th menyebarkan ilmu dan mengarang kitab. Kemudian sampai ke Irak setelah
kosong dari Mesir, Syam, Hijaz dan Yaman. Seandainya ia menuju Irak lebih
dahulu, maka ia akan menemukan sanad yang banyak.
Adz Dzahabi mengatakan
: Pertama kali ia mencari ilmu pada tahun 273 H. Ia diajak oleh ayahnya,
seorang ahli hadits dari kawasan Duhaim. Perjalanan pertama kalinya ia lakukan
pada tahun 275 H.
Ia terus menerus
melakukan perjalanan mencari ilmu dan menemui para ahli hadits selama 16 tahun.
Ia menulis para ahli
hadits salaf (yang terdahulu)
maupun muta’akhirin (yang belakangan) sampai ia menemukan kecakapan
dalam bidang ini.
Ia mengumpulkan ilmu
dan mengarang karya ilmiah, diberikan umur yang panjang dan didatangi para ahli
hadits dan para pencari ilmu dari berbagai negeri.
Ia telah menemui
teman-teman Yazid bin Harun, Ruh bin Ubadah, Abu Ashim, Hajjaj bin Muhammad dan
Abdurrozaq. Ia terus menulis para tokoh hadits sampai menulis teman-temannya
sendiri.
Cerita-cerita lucu tentangnya
Abu Bakar bin Mardawih
dalam buku tarikhnya mengatakan : Tatkala At Thabrani datang yang kedua kalinya
ke Asfahan pada tahun 310 H, ia disambut oleh gubernur Abu Ali Ahmad bin Rustum
dengan menciuminya, memeluknya, memberikan pertolongan yang baik kepadanya, dan
memberikan bagian tertentu yang diambilkan dari Darr Al
Kharaj. Pemberian tersebut ia terima sampai ia meninggal dunia.
Ia memberikan nama
kunyah kepada anaknya,Muhammad, dengan Abu Dzar, nama kunyah anaknya, Ahmad.
Al Hafidz Abu Nu’aim
mengatakan : Aku mendengar Ahmad bin Bandar mengatakan,”Aku masuk ke Al Askar
pada tahun 280 H. Di sana aku menghadiri majelis Abdan. Suatu saat ia keluar
menuju majlis untuk keperluan membacakan
hadits kepada murid-muridnya. Salah seorang murid mengatakan,”Kami sudah
siap jika kamu ingin membacakan hadits.” Abdan mengatakan,”Kita menunggu
hadirnya At Thabrani.” Beberapa saat setelahnya datanglah Abul Qosim Ath
Thabrani dengan mengenakan kain sarung dan membawa beberapa juz kitab.
Kedatangannya tersebut diikuti oleh sekitar dua puluh orang asing dari berbagai
negeri. Dengan datangnya At Thabrani , maka beliaulah yang membacakan hadit
pada majelis tersebut.
Ibnu Mandah mengatakan
: Aku menemukan tulisan Abu Ja’far Al Faqih sebagai berikut :
“Abu Umar bin Abdil Wahab As Sulami
menceritakan kepadaku,”Aku mendengar At Thabrani mengatakan,”Ketika Abu Ali bin
Rustum bin Faris datang, maka aku masuk ke tempatnya. Dalam tempat tersebut aku
melihat ada salah satu sekretaris yang masuk dan mengalirkan uang lima ratus
dirham ke kakinya. Setelah sekretaris tersebut keluar dari ruangan, uang
tersebut diberikan kepadaku. Sesaat kemudian datang ibunya, Ummu Adnan yang
juga mengalirkan uang lima ratus dirham ke kakinya. Lalu aku bangkit dari
tempat dudukku. Tingkahku ini menyebabkan ia berkata kepadaku,”Kemana kamu akan
pergi?” Aku menerangkan bahwa aku berdiri dari tempat dudukku agar tidak
dikatakan duduk di majelisnya untuk mendapatkan uang. Lalu dia mengatakan,”
Ambillah ini!” Aku meninggalkannya dan tidak pernah datang kepadanya lagi
ketika pembicaraannya sudah sampai mencerca Abu bakar dan Umar radhiyallu
anhuma.”
Abu Zakariya Yahya bin
Mandah mengatakan,”Aku mendengar guru-guru terpercaya kami menceritakan,”Suatu
saat Abul Qosim At Thabrani membaca hadits riwayat Ikrimah tentang melihat
Allah di akhirat. Namun Thabathaba Al Alawi mengecamnya dan melemparinya dengan
buku yang ada di depannya. Melihat hal ini, At Thabrani membalasnya dengan
kata-kata yang di antara kata-kata tersebut adalah : Kamu suka banyak bicara
dan terlena dengan apa yang kamu lakukan, sementara Hari Kiamat tidak kamu
ingat.” Lalu Ibnu Thabathaba menyesal atas perbuatannya itu dan meminta maaf
kepada At Thabrani.
Kemudian Ibnu Mandah
mengatakan : Telah sampai kepadaku bahwa At Thabrani adalah orang yang cerdas
dan kuat hafalannya. Pada suatu hari Abu Thahir bin Luqa membaca
hadits,”Rasulullah membasuh batu-batu kecilnya yang digunakan untuk melempar
jumroh (hasha jimarih).” Namun Abu Thahir bin Luqa membacanya dengan,”Rasulullah
membasuh buah dzakar keledainya(hasha khimarih).”
Lalu at Thabrani mengatakan kepadanya,”Wahai
Abu Thahir, apa maksud Rasulullah melakukan itu?” Abu Thahir berkata,”Untuk
menunjukkan sikap tawadhu.”
Abu Thahir adalah
seorang pelupa maka wajar jika dia salah mengucapkan hadits seperti di atas.
Pada suatu hari At Thabrani mengatakan kepadanya : Kamu adalah seperti anakku
yang masih kecil. Abu Thahir berkata,Cih kamu juga.
Guru-gurunya
Beliau mendengar hadits
dari Hasyim bin Martsad At Thobroni, Ahmad bin Mas’ud Al Khoyyat, ‘Amru bin Abi
Salamah At Tunisi, Ahmad bin Abdullah Al Lihyani (pemilik Kitab Adam), ‘Amru
bin Tsaur di Qoisariyah, Ibrohim bin Abi Sufyan (pemilik Kitab Al Firyabi) dan
dari ribuan syaikhnya yang lain, bahkan
lebih.
Beliau meriwayatkan
hadits dari Abu Zur’ah Ad Dimasyqi, Ishaq bin Ibrohim Ad Dabari, Idris bin
Ja’far Al Attor, Bisyr bin Musa, Hafs bin Umar Sanjah, Ali bin Abdul Aziz Al
Baghowi Al Mujawir, Miqdam bin Dawud Ar Ruaini, Yahya bin Ayyub Al ‘Alaf, Abdullah
bin Muhammad bin Said bin Abi Maryam, Ahmad bin Abdul Wahab Al Khauti, Ahmad
bin Ibrohim bin Fill Al Balisi, Ahmad bin Ibrohim Al Busri, Ahmad bin Ishaq bin
Ibrohim bin Nabit Al Asyja’I, Ahmad bin Ishaq Al Khosyab, Ahmad bin Dawud Al Mishriy
Al Makiy, Ahmad bin Muhamad bin Yahya bin Hamzah, Al Butalhi, Ahmad bin Kholid
Al Halbi, Ahmad bin Ziyad Ar Roqi Al Hadza’, Ibrohim bin Suwaid As Syibami,
Ibrohim bin Muhammad bin Barroh As Shon’ani, Al Hasan bin Abdul A’la Al Bausiy,
Bakr bin Sahl Ad Dimyati, Habbusy bin Rizqillah Al Mishriy, Abu Zanba’ Rouh bin
Al Farj Al Qotton, Al Abbas bin Al Fadhl Al Asfati, Abdullah bin Ahmad bin
Hambal, Abdullah bin Al Husain Al Mushshi, Abdurrohim bin Abdullah Al Barqi,
Ali bin Abdussomad, Abu Muslim Al Kajji, Ishaq bin Ibrohim Al Mihri Al Qotton,
Idris bin Abdulkarim Al Haddad, Ja’far bin Muhammad Ar Romli Al Qolanisi, AL
Hasan bin Sahl Al Mujawwiz, Zakaria bin Hamdawih As Sofar, Utsman bin Umar Ad
Dzobi, Muhammad bin Muhammad At Tamar, Muhammad bin Yahya bin Al Mundzir Al
Qozzaz, Muhammad bin Zakaria Al Gholabi, Muhammad bin Ali As Soigh, Abu ‘Ulatsah
Muhammad bin Amru bin Kholid Al Khoroni, Muhammad bin Asad bin Yazid Al Ashbahani,
menceritakan kepadanya dari Abu Dawud At Thoyalisi, Muhammad bin Mu’adz, Abu
Abdurrohman An Nasa’I, Ubaidullah bin Rumhisi, Harun bin Malul.
At Thabrani juga meriwayatkan
dan mendengar dari Hasym bin Martsad At Thobroni, Abu Zur’ah Ad Dimasyqi, Ishaq
bin Ibrohim Ad Dabari, Idris Al ‘Ator, Bisyr bin Musa, Ali bin Abdul Aziz Al
Baghowi, An Nasai, Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ayyub Al Alaf.
Murid-muridnya
Yang menceritakan dari
beliau adalah Abu Kholifah Al Jumhi, Al Hafidz ibnu ‘Uqdah (syaikhnya), Ahmad
bin Muhammad bin Ibrohim As Sihaf, Ibnu Mundah, Abu Bakar bin Mardawih, Abu
Umar Muhammad bin Al Husain Al bastomi, Abu Nuaim La ashbahani, Abul Fadhl
Muhammad bin ahmad Al Jarudi, Abu Sa’id An Nuqosy, Abu bkar bin Abi Ali Adz
Dzakwan, Ahmad bin Abdurrohman Al azdi, Al Hudsain bin Ahmad bin Al Marzaban,
Abul Husain bin Fadsyah, Abu Sa’d Abdurrohman bin Ahmad As Sofar, Ma’mar bin
Ahmad bin Ziyad, Abu Bakr Muhammad bin Abdullah Ar Ribati, Al Fadhl bin
Ubaidillah bin Syahriyar, Abdul wahid bin ahmad Al Baturqini, Ahmad bin
Muhammad bin Ibrohim Al Ashbahani, Ali bin Yahya bin Abdu Kawih, Muhammad bin
Abdullah ibnu Syimah, Basyru bin Muhammad Al mUhini, Abu Bakar Muhammad bin
Abdullah bin Ridzah At Tajir, Abul Qosim Abdurohmanbin abi Bakar Adz Dzakwan.
Yang meriwayatkan
hadits beliau yang berasal dari syaikh-syaikhnya yaitu Abu Khalifah Al Jumahi,
Ibnu Uqdah.
Yang meriwayatkan
hadits beliau selain dari syaikh-syaikhnya yaitu Abu Bakar bin Mardawih, Abu
Nu’aim Al Hafidz Al Kabir Muhadits kontemporer, Ahmad bin Abdullah bin Ahmad Al
Mahrani Al Ashbahani, Abul Fadhl Ahmad bin Muhammad Al Jarudi, Abul Husain bin
Fadhsyah,dan Ibnu Roidhah.
Ketenaran ilmu beliau dan tanggapan para
ulama mengenai beliau
Karena keluasan
ilmiyahnya dan dalamnya ilmunya, Imam Adz Dzahabi menjulukinya (Musnidud Dunya)
sedangkan As Suyuthi menjulukinya (Musnidud Dunya wa Ahadu Farsani hadza Sya’ni).
Ibnu Asakir berkata : beliau
adalah salah satu penghafal hadits yang banyak dan rihlah (perjalanan
dalam mencari hadits) nya paling banyak.
Ibnu Abdul Hadi Al
Hambali berkata : Al Imam Al Alamah Al Hafidz Al Kabir Ats Tsabat, Musnidud
Dunya…. sampai beliau berkata farsani hadza sya’ni yang jujur dan amanah.
Ibnu Mundah berkata : Salah
satu dari banyak huffadz yang ada.
Al Hafidz Abul Abbas
Ahmad bin Manshur As Syirozi berkata : Aku menulis dari At Thabrani 300 ribu
hadits, dan dia adalah orang yag tsiqoh.
Ad Dzahabi berkata : Beliau
adalah orang yang tsiqoh, jujur, luas
hafalannya, mengetahui ‘ilal dan rijal dan bab-bab, serta karya-karya benyak.
Ibnul Amid berkata : Aku
tidak mengira kalau di dunia ini ada kelezatan yang lebih lezat dari kekusasaan
sedangkan aku menjadi menteri di dalamnya sampai aku melihat hafalan Sulaiman
bin Ahmad At Tabhrani dan Abu bakar Al Jandi di hadapanku. Adapun At Tabroni mengalahkan Al Ju’abi dalam
hafalannya. Dan Al Ju’abi mengalahkan kecerdasannya. Dan kecerdasan Ahlu
Baghdad sampai terangkat suara keduanya. Hampir-hampir saja mereka saling mengungguli.
Al Ju’abi berkata,”Aku mempunyai sebuah hadits yang tidak ada di dunia selain
milikku.” Maka dia berkata,”Coba sebutkan!” Dia berkata,”Menceritakan kepadaku
Abu Khalifah, menceritakan kepada kami Sulaiman bin Ayyub dan menceritakan
sebuah hadits. Maka Thabrani berkata,”Aku adalah Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub
dan dariku Abu Kholifah mendengar. Maka dengarkanlah aku sampai sanadmu
meninggi . dan tidak meriwayatkan Abu Kholifah kecuali dariku. Al Ju’abi keget
dan At Tabrani menggunggulinya.
Beliau mendapatkan
keluasan ilmu yang diberikan Allah ta’ala dalam kemampuannya untuk menghafal
dan mengadakan perjalanan yang banyak dan jauh, serta mengambil ilmu dari
ahlinya, dan banyak syaikhnya yang sebagai muhaddits, ahli fiqih, ahli bahasa,
ahli nahwu, ahli tafsir, Qori dan lain sebagainya. Kemudian Allah juga memberikan
kesabaran kepada beliau.
At Thabrani pernah
ditanya tentang banyaknya hafalan hadits, maka dia berkata,”Aku tidur di atas
karpet 30 tahun.
Al Hafidz Abu Abdillah
bin Mandah mengatakan,”Abul Qosim At Thabrani adalah salah satu hafidz yang
agung.”
Adz Dzahabi mengatakan : At Thabarani adalah
seorang imam, al hafidz, tsiqoh, ulama yang banyak melakukan perjalalanan, ahli
hadis dan bendera para penyeberang lautan ilmu.
Tidak henti-hentinya
hadits-hadits yang disampaikan At Thabrani dituju, disenangi, dan diambil
orang, lebih-lebih pada masa temannya, Ibnu Ridzah, pada masa itu banyak para
pencari ilmu yang menimba ilmu darinya. As Salafi telah mencatat ada sekitar
seratus orang yang menjadi muridnya.
Al Hafidzh Sulaiman bin
Ibrohim mengatakan : Ibnu Mardawih pernah mempunyai rasa benci terhadap At
Thabrani sehingga mengucapkan sesuatu yang bernada mengejeknya. Maka Abu Nuaim
berkata kepadanya,”Berapakah hadits yang kamu tulis darinya wahai Abu Bakar?”
Ibnu Mardawih berisyarat pada beberapa tumpukan berkas. Lalu Abu Nuail
bertanya,”Apakah kamu melihat orang yang menyamainya?” Ibnu Mardawih tidak
menjawab pertanyaan ini.
Muhammad bin Al Haitsam
menceritakan bahwa ia mendengar Abu Ja’far bin Abi As Sirri mengatakan,”Aku
bertemu dengan Ibnu Uqdah di Kufah. Aku memohon kepadanya untuk mengulangi apa
yang aku tertinggal darinya. Namun, ia menolak untuk mengulangi. Aku pun
meminta dengan keras agar dia tetap mengulanginya. Kemudian dia berkata,”Dari
negeri manakah kamu?” Aku menjawab,”Dari Asfahan.” Ia berkata,”Mereka adalah
Nasibah, kelompok yang membenci Ali. Aku berkata,”Syiah (pendukung) Muawiyah?”
Aku berkata,”Demi Allah tidak, mereka adalah Syiah Ali. Imam Ali bagi setiap
penduduk Asfahan adalah lebih berharga daripada kedua mata dan keluarga mereka.”
Ibnu Uqdah pun mau mengulangi apa yang aku telah tertinggal darinya. Kemudian
ia berkata kepadaku,”Aku mendengar dari Sulaiman bin Ahmad Al Lakhami. Aku
berkata,”Tidak!”Ia berkata,”Subhanallah! Abul Qosim (Sulaiman bin Ahmad At
Thabrani) di negerimu, sedangkan kamu tidak mau mendengar darinya. Kalau begitu
aku yang berada di Kuffah merasa sakit hati. Aku tidak mengetahui seorang pun
yang dapat menandingi keilmuannya, aku telah mendengar hadits darinya dan dia
mendengar hadits dariku.
Ad Dawudi mengatakan,”At
Thabrani adalah imam yang dijadikan hujjah para al Hafidz dan menjadi sanad
dunia.
Sulaiman bin Ibrohim Al
Hafidz berkata : Abu Ahmad Al ‘Assal Al Qodhi berkata,”Jika aku mendengar dari
At Thabrani 20 ribu hadits dan mendengar darinya Abu Ishaq bin Hamzah 30 ribu,
dan mendengar darinya Abu Syaikh 40 ribu, kita telah sempurna. Aku Berkata :
Merekalah para syaikh Asbahan.
Abu Bakar bin Abi Ali
Al Muaddil mengatakan : At Thabrani lebih masyhur daripada
kelebihan-kelebihannya yang disebut-sebut. Ia adalah orang yang luas ilmunya
dan banyak karya-karyanya.
Wafatnya
Beliau meninggal pada
dua hari terakhir pada bulan Dzulqo’dah tahun 360 berarti genap 100 tahun dan
10 bulan. Dia termasuk Ma’marin dan dikuburkan di samping kuburan sahabat yang
syahid Khumamah bin Abi Khamamah Ad Dausi di pintu kota Asbahan. Al Hafidz Abu
Nu’aim Al Ashbahani
menyolatkanjenazahnya dan hadir di pemakamannya.
Al Hafidz Abu Nu’aim
berkata : At Thabrani meninggal pada tanggal 29 Dzulqo’dah tahun 360 H di
Asfahan. Sedangkan anaknya Abu Dzar meninggal pada tahun 399 H dalam umur lebih
dari enam puluh tahun.
Karya-karyanya
1.
Al Mu’jam Al
Kabir : Kitab ini merupakan musnad, hanya saja tidak menyebutkan Musnad Abu
Huroiroh.
2.
Al Mu’jam Al
Ausath : Dalam enam jilid besar. Kitab ini berisi tentang ensiklopedi
guru-gurunya. Setiap gurunya disebutkan cerita-cerita ajaib dan mengherankan.
Dan ini adalah cerminan kitab Al Afrod milik Daruqutni. Diterangkan di dalamnya
kemuliannya dan luasnya riwayatnya. Dan beliau berkata : Kitab ini adalah
ruhku. Di dalamnya juga ada hadits nafis, aziz dan munkar.
3.
Al Mu’jam As
Shogir : Kitab ini pada setiap syaihknya terdapat satu hadits, terkadang lebih.
Karya beliau yang lain
adalah Ad Dua dalam jilid yang besar, As Sunnah, Dalailun Nubuwah, Hadit
Syamiyin, At Thuwalat, An Nawadir, Musnad Sufyan, Al Awail.
Dan mempunyai kitab
tafsir juga diantaranya : Musnad Syu’bah, Musnad Asyrah,Musnad Aisyah, Musnad
Ubadalah, Musnad Abu Huroiroh, At Tafsir.
Kitab-kitab beliau yang
lain adalah Akhbar Umar bin Abdul Aziz, ‘Isyroton Nisa, Al Faroidh, Fadhlu
Romadhon, , Ar Romyu, Al Manasik, Ma’rifatu Sohabah, Al Ilmu, Ar Ru’yah Fadhlul
Arob, Al Juud, Manaqibu Ahmad, Kitabul Asyribah, Kitabul Uluwiyah fi Khilafati
Abu Bakr wa Umar.
Maraji’
:
- Siyaru A’lamin Nubala karangan Imam Adz Dzahabi
- Mu’jamul Ausath lil Hafidz Abul Qosim Sulaiman bin Ahmad At Thabrani (ditahqiq oleh Abu Mu’adz Thoriq bin ‘Iwadhillah bin Muhammad dan Abul Fadhl Abdul Muhsin bin Ibrohim Al Hasini)
- Mu’jamul Kabir lil Hafidz Abul Qosim Sulaiman bin Ahmad At Thabrani
- 60 Biografi Ulama Salaf karangan Syaikh Ahmad Farid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar