assalamu'alaikum sahabat baca semua terimah kasih atas kunjungan sahabat semua

Minggu, 06 Maret 2016

Biografi Imam At Thabrani



 Imam At Thabrani
Nama
Nama lengkapnya adalah Abul Qosim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthoir Al Lakhmi Asy Syami At Thabrani rahimahullah ta’ala. Dia adalah seorang  Imam yang Hafidz dan Tsiqoh yang suka bepergian dan melancong, seorang Muhaditsul Islam dan jembatan para penyeberang ilmu.
Beliau dilahirkan pada bulan Safar tahun 260 H di kota ‘Uka tempat asal ibunya.

Sifat-sifatnya
Ibnu Mandah mengatakan ; Telah sampai berita kepadaku bahwa At Thabrani adalah orang yang baik penampilannya.
Ad Dzahabi mengatakan : Kedua matanya menjadi buta pada akhir hayatnya. At Thabrani mengatakan,”Orang-orang zindiq telah menyihirku.” Suatu saat muridnya yang bernama Hasan Al Aththar bermaksud menguji penglihatan At Thabrani dengan mengajukan pertanyaan,”Berapakah jumlah pasak yang berada di atas atap itu?”Ia menjawab,”Aku tidak tahu, namun cincinku telah diukir oleh Sulaiman bin Ahmad yang indah.”

Perjalanannya dalam menuntut ilmu.
Beliau pertama kali mendengar hadits ketika berusia 13 tahun di daerah Tibriyah. Kemudian beliau pergi ke Al Quds tahun 74, lalu menuju Qoisariyah pada tahun 75 dan beliau mendengar dari para sahabat Muhammad bin Yusuf Al Firyabi. Kemudian beliau bersafar ke Himso, Jabalah, kota-kota di Syam dan Hajj dan Ke Yaman kemudian kembali ke Mesir, Barqoh kemudian ke Irak dan Asbahan dan sampai di sana tahun 290 H lalu beliau keluar darinya. Dia juga pergi ke Al Jazirah, Persi, dan terakhir kembali ke Asbahan dan menetap. Kemudian menjadi muhaddits di sana sampai beliau wafat.
Dia mendengar hadits dari negeri Haramain, Yaman, Madain Syam, Mesir, Baghdad, Kufah, Bashroh, Ashbahan, Khuzistan, dan yang lain-lainnya. Kemudian tinggal di Ashbahan selama 60 th menyebarkan ilmu dan mengarang kitab. Kemudian sampai ke Irak setelah kosong dari Mesir, Syam, Hijaz dan Yaman. Seandainya ia menuju Irak lebih dahulu, maka ia akan menemukan sanad yang banyak.
Adz Dzahabi mengatakan : Pertama kali ia mencari ilmu pada tahun 273 H. Ia diajak oleh ayahnya, seorang ahli hadits dari kawasan Duhaim. Perjalanan pertama kalinya ia lakukan pada tahun 275 H.
Ia terus menerus melakukan perjalanan mencari ilmu dan menemui para ahli hadits selama 16 tahun.
Ia menulis para ahli hadits salaf  (yang terdahulu) maupun muta’akhirin (yang belakangan) sampai ia menemukan kecakapan dalam bidang ini.
Ia mengumpulkan ilmu dan mengarang karya ilmiah, diberikan umur yang panjang dan didatangi para ahli hadits dan para pencari ilmu dari berbagai negeri.
Ia telah menemui teman-teman Yazid bin Harun, Ruh bin Ubadah, Abu Ashim, Hajjaj bin Muhammad dan Abdurrozaq. Ia terus menulis para tokoh hadits sampai menulis teman-temannya sendiri.

Cerita-cerita lucu tentangnya
Abu Bakar bin Mardawih dalam buku tarikhnya mengatakan : Tatkala At Thabrani datang yang kedua kalinya ke Asfahan pada tahun 310 H, ia disambut oleh gubernur Abu Ali Ahmad bin Rustum dengan menciuminya, memeluknya, memberikan pertolongan yang baik kepadanya, dan memberikan bagian tertentu yang diambilkan dari Darr Al Kharaj. Pemberian tersebut ia terima sampai ia meninggal dunia.
Ia memberikan nama kunyah kepada anaknya,Muhammad, dengan Abu Dzar, nama kunyah anaknya, Ahmad.
Al Hafidz Abu Nu’aim mengatakan : Aku mendengar Ahmad bin Bandar mengatakan,”Aku masuk ke Al Askar pada tahun 280 H. Di sana aku menghadiri majelis Abdan. Suatu saat ia keluar menuju majlis untuk keperluan membacakan  hadits kepada murid-muridnya. Salah seorang murid mengatakan,”Kami sudah siap jika kamu ingin membacakan hadits.” Abdan mengatakan,”Kita menunggu hadirnya At Thabrani.” Beberapa saat setelahnya datanglah Abul Qosim Ath Thabrani dengan mengenakan kain sarung dan membawa beberapa juz kitab. Kedatangannya tersebut diikuti oleh sekitar dua puluh orang asing dari berbagai negeri. Dengan datangnya At Thabrani , maka beliaulah yang membacakan hadit pada majelis tersebut.
Ibnu Mandah mengatakan : Aku menemukan tulisan Abu Ja’far Al Faqih sebagai berikut :
“Abu Umar bin Abdil Wahab As Sulami menceritakan kepadaku,”Aku mendengar At Thabrani mengatakan,”Ketika Abu Ali bin Rustum bin Faris datang, maka aku masuk ke tempatnya. Dalam tempat tersebut aku melihat ada salah satu sekretaris yang masuk dan mengalirkan uang lima ratus dirham ke kakinya. Setelah sekretaris tersebut keluar dari ruangan, uang tersebut diberikan kepadaku. Sesaat kemudian datang ibunya, Ummu Adnan yang juga mengalirkan uang lima ratus dirham ke kakinya. Lalu aku bangkit dari tempat dudukku. Tingkahku ini menyebabkan ia berkata kepadaku,”Kemana kamu akan pergi?” Aku menerangkan bahwa aku berdiri dari tempat dudukku agar tidak dikatakan duduk di majelisnya untuk mendapatkan uang. Lalu dia mengatakan,” Ambillah ini!” Aku meninggalkannya dan tidak pernah datang kepadanya lagi ketika pembicaraannya sudah sampai mencerca Abu bakar dan Umar radhiyallu anhuma.”
Abu Zakariya Yahya bin Mandah mengatakan,”Aku mendengar guru-guru terpercaya kami menceritakan,”Suatu saat Abul Qosim At Thabrani membaca hadits riwayat Ikrimah tentang melihat Allah di akhirat. Namun Thabathaba Al Alawi mengecamnya dan melemparinya dengan buku yang ada di depannya. Melihat hal ini, At Thabrani membalasnya dengan kata-kata yang di antara kata-kata tersebut adalah : Kamu suka banyak bicara dan terlena dengan apa yang kamu lakukan, sementara Hari Kiamat tidak kamu ingat.” Lalu Ibnu Thabathaba menyesal atas perbuatannya itu dan meminta maaf kepada At Thabrani.
Kemudian Ibnu Mandah mengatakan : Telah sampai kepadaku bahwa At Thabrani adalah orang yang cerdas dan kuat hafalannya. Pada suatu hari Abu Thahir bin Luqa membaca hadits,”Rasulullah membasuh batu-batu kecilnya yang digunakan untuk melempar jumroh (hasha jimarih).” Namun Abu Thahir bin Luqa membacanya dengan,”Rasulullah membasuh buah dzakar keledainya(hasha khimarih).”
Lalu at Thabrani mengatakan kepadanya,”Wahai Abu Thahir, apa maksud Rasulullah melakukan itu?” Abu Thahir berkata,”Untuk menunjukkan sikap tawadhu.”
Abu Thahir adalah seorang pelupa maka wajar jika dia salah mengucapkan hadits seperti di atas. Pada suatu hari At Thabrani mengatakan kepadanya : Kamu adalah seperti anakku yang masih kecil. Abu Thahir berkata,Cih kamu juga.

Guru-gurunya
Beliau mendengar hadits dari Hasyim bin Martsad At Thobroni, Ahmad bin Mas’ud Al Khoyyat, ‘Amru bin Abi Salamah At Tunisi, Ahmad bin Abdullah Al Lihyani (pemilik Kitab Adam), ‘Amru bin Tsaur di Qoisariyah, Ibrohim bin Abi Sufyan (pemilik Kitab Al Firyabi) dan dari ribuan syaikhnya yang  lain, bahkan lebih.
Beliau meriwayatkan hadits dari Abu Zur’ah Ad Dimasyqi, Ishaq bin Ibrohim Ad Dabari, Idris bin Ja’far Al Attor, Bisyr bin Musa, Hafs bin Umar Sanjah, Ali bin Abdul Aziz Al Baghowi Al Mujawir, Miqdam bin Dawud Ar Ruaini, Yahya bin Ayyub Al ‘Alaf, Abdullah bin Muhammad bin Said bin Abi Maryam, Ahmad bin Abdul Wahab Al Khauti, Ahmad bin Ibrohim bin Fill Al Balisi, Ahmad bin Ibrohim Al Busri, Ahmad bin Ishaq bin Ibrohim bin Nabit Al Asyja’I, Ahmad bin Ishaq Al Khosyab, Ahmad bin Dawud Al Mishriy Al Makiy, Ahmad bin Muhamad bin Yahya bin Hamzah, Al Butalhi, Ahmad bin Kholid Al Halbi, Ahmad bin Ziyad Ar Roqi Al Hadza’, Ibrohim bin Suwaid As Syibami, Ibrohim bin Muhammad bin Barroh As Shon’ani, Al Hasan bin Abdul A’la Al Bausiy, Bakr bin Sahl Ad Dimyati, Habbusy bin Rizqillah Al Mishriy, Abu Zanba’ Rouh bin Al Farj Al Qotton, Al Abbas bin Al Fadhl Al Asfati, Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Abdullah bin Al Husain Al Mushshi, Abdurrohim bin Abdullah Al Barqi, Ali bin Abdussomad, Abu Muslim Al Kajji, Ishaq bin Ibrohim Al Mihri Al Qotton, Idris bin Abdulkarim Al Haddad, Ja’far bin Muhammad Ar Romli Al Qolanisi, AL Hasan bin Sahl Al Mujawwiz, Zakaria bin Hamdawih As Sofar, Utsman bin Umar Ad Dzobi, Muhammad bin Muhammad At Tamar, Muhammad bin Yahya bin Al Mundzir Al Qozzaz, Muhammad bin Zakaria Al Gholabi, Muhammad bin Ali As Soigh, Abu ‘Ulatsah Muhammad bin Amru bin Kholid Al Khoroni, Muhammad bin Asad bin Yazid Al Ashbahani, menceritakan kepadanya dari Abu Dawud At Thoyalisi, Muhammad bin Mu’adz, Abu Abdurrohman An Nasa’I, Ubaidullah bin Rumhisi, Harun bin Malul.
At Thabrani juga meriwayatkan dan mendengar dari Hasym bin Martsad At Thobroni, Abu Zur’ah Ad Dimasyqi, Ishaq bin Ibrohim Ad Dabari, Idris Al ‘Ator, Bisyr bin Musa, Ali bin Abdul Aziz Al Baghowi, An Nasai, Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ayyub Al Alaf.


Murid-muridnya
Yang menceritakan dari beliau adalah Abu Kholifah Al Jumhi, Al Hafidz ibnu ‘Uqdah (syaikhnya), Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim As Sihaf, Ibnu Mundah, Abu Bakar bin Mardawih, Abu Umar Muhammad bin Al Husain Al bastomi, Abu Nuaim La ashbahani, Abul Fadhl Muhammad bin ahmad Al Jarudi, Abu Sa’id An Nuqosy, Abu bkar bin Abi Ali Adz Dzakwan, Ahmad bin Abdurrohman Al azdi, Al Hudsain bin Ahmad bin Al Marzaban, Abul Husain bin Fadsyah, Abu Sa’d Abdurrohman bin Ahmad As Sofar, Ma’mar bin Ahmad bin Ziyad, Abu Bakr Muhammad bin Abdullah Ar Ribati, Al Fadhl bin Ubaidillah bin Syahriyar, Abdul wahid bin ahmad Al Baturqini, Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim Al Ashbahani, Ali bin Yahya bin Abdu Kawih, Muhammad bin Abdullah ibnu Syimah, Basyru bin Muhammad Al mUhini, Abu Bakar Muhammad bin Abdullah bin Ridzah At Tajir, Abul Qosim Abdurohmanbin abi Bakar Adz Dzakwan.
Yang meriwayatkan hadits beliau yang berasal dari syaikh-syaikhnya yaitu Abu Khalifah Al Jumahi, Ibnu Uqdah.
Yang meriwayatkan hadits beliau selain dari syaikh-syaikhnya yaitu Abu Bakar bin Mardawih, Abu Nu’aim Al Hafidz Al Kabir Muhadits kontemporer, Ahmad bin Abdullah bin Ahmad Al Mahrani Al Ashbahani, Abul Fadhl Ahmad bin Muhammad Al Jarudi, Abul Husain bin Fadhsyah,dan Ibnu Roidhah.

Ketenaran ilmu beliau dan tanggapan para ulama mengenai beliau
Karena keluasan ilmiyahnya dan dalamnya ilmunya, Imam Adz Dzahabi menjulukinya (Musnidud Dunya) sedangkan As Suyuthi menjulukinya (Musnidud Dunya wa Ahadu Farsani hadza  Sya’ni).
Ibnu Asakir berkata : beliau adalah salah satu penghafal hadits yang banyak dan rihlah (perjalanan dalam mencari hadits) nya paling banyak.
Ibnu Abdul Hadi Al Hambali berkata : Al Imam Al Alamah Al Hafidz Al Kabir Ats Tsabat, Musnidud Dunya…. sampai beliau berkata farsani hadza sya’ni yang jujur dan amanah.
Ibnu Mundah berkata : Salah satu dari banyak huffadz yang ada.
Al Hafidz Abul Abbas Ahmad bin Manshur As Syirozi berkata : Aku menulis dari At Thabrani 300 ribu hadits, dan dia adalah orang yag tsiqoh.
Ad Dzahabi berkata : Beliau adalah orang yang tsiqoh,  jujur, luas hafalannya, mengetahui ‘ilal dan rijal dan bab-bab, serta karya-karya benyak.
Ibnul Amid berkata : Aku tidak mengira kalau di dunia ini ada kelezatan yang lebih lezat dari kekusasaan sedangkan aku menjadi menteri di dalamnya sampai aku melihat hafalan Sulaiman bin Ahmad At Tabhrani dan Abu bakar Al Jandi di hadapanku.  Adapun At Tabroni mengalahkan Al Ju’abi dalam hafalannya. Dan Al Ju’abi mengalahkan kecerdasannya. Dan kecerdasan Ahlu Baghdad sampai terangkat suara keduanya. Hampir-hampir saja mereka saling mengungguli. Al Ju’abi berkata,”Aku mempunyai sebuah hadits yang tidak ada di dunia selain milikku.” Maka dia berkata,”Coba sebutkan!” Dia berkata,”Menceritakan kepadaku Abu Khalifah, menceritakan kepada kami Sulaiman bin Ayyub dan menceritakan sebuah hadits. Maka Thabrani berkata,”Aku adalah Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub dan dariku Abu Kholifah mendengar. Maka dengarkanlah aku sampai sanadmu meninggi . dan tidak meriwayatkan Abu Kholifah kecuali dariku. Al Ju’abi keget dan At Tabrani menggunggulinya.
Beliau mendapatkan keluasan ilmu yang diberikan Allah ta’ala dalam kemampuannya untuk menghafal dan mengadakan perjalanan yang banyak dan jauh, serta mengambil ilmu dari ahlinya, dan banyak syaikhnya yang sebagai muhaddits, ahli fiqih, ahli bahasa, ahli nahwu, ahli tafsir, Qori dan lain  sebagainya. Kemudian Allah juga memberikan kesabaran kepada beliau.
At Thabrani pernah ditanya tentang banyaknya hafalan hadits, maka dia berkata,”Aku tidur di atas karpet 30 tahun.
Al Hafidz Abu Abdillah bin Mandah mengatakan,”Abul Qosim At Thabrani adalah salah satu hafidz yang agung.”
 Adz Dzahabi mengatakan : At Thabarani adalah seorang imam, al hafidz, tsiqoh, ulama yang banyak melakukan perjalalanan, ahli hadis dan bendera para penyeberang lautan ilmu.
Tidak henti-hentinya hadits-hadits yang disampaikan At Thabrani dituju, disenangi, dan diambil orang, lebih-lebih pada masa temannya, Ibnu Ridzah, pada masa itu banyak para pencari ilmu yang menimba ilmu darinya. As Salafi telah mencatat ada sekitar seratus orang yang menjadi muridnya.
Al Hafidzh Sulaiman bin Ibrohim mengatakan : Ibnu Mardawih pernah mempunyai rasa benci terhadap At Thabrani sehingga mengucapkan sesuatu yang bernada mengejeknya. Maka Abu Nuaim berkata kepadanya,”Berapakah hadits yang kamu tulis darinya wahai Abu Bakar?” Ibnu Mardawih berisyarat pada beberapa tumpukan berkas. Lalu Abu Nuail bertanya,”Apakah kamu melihat orang yang menyamainya?” Ibnu Mardawih tidak menjawab pertanyaan ini.
Muhammad bin Al Haitsam menceritakan bahwa ia mendengar Abu Ja’far bin Abi As Sirri mengatakan,”Aku bertemu dengan Ibnu Uqdah di Kufah. Aku memohon kepadanya untuk mengulangi apa yang aku tertinggal darinya. Namun, ia menolak untuk mengulangi. Aku pun meminta dengan keras agar dia tetap mengulanginya. Kemudian dia berkata,”Dari negeri manakah kamu?” Aku menjawab,”Dari Asfahan.” Ia berkata,”Mereka adalah Nasibah, kelompok yang membenci Ali. Aku berkata,”Syiah (pendukung) Muawiyah?” Aku berkata,”Demi Allah tidak, mereka adalah Syiah Ali. Imam Ali bagi setiap penduduk Asfahan adalah lebih berharga daripada kedua mata dan keluarga mereka.” Ibnu Uqdah pun mau mengulangi apa yang aku telah tertinggal darinya. Kemudian ia berkata kepadaku,”Aku mendengar dari Sulaiman bin Ahmad Al Lakhami. Aku berkata,”Tidak!”Ia berkata,”Subhanallah! Abul Qosim (Sulaiman bin Ahmad At Thabrani) di negerimu, sedangkan kamu tidak mau mendengar darinya. Kalau begitu aku yang berada di Kuffah merasa sakit hati. Aku tidak mengetahui seorang pun yang dapat menandingi keilmuannya, aku telah mendengar hadits darinya dan dia mendengar hadits dariku.
Ad Dawudi mengatakan,”At Thabrani adalah imam yang dijadikan hujjah para al Hafidz dan menjadi sanad dunia.
Sulaiman bin Ibrohim Al Hafidz berkata : Abu Ahmad Al ‘Assal Al Qodhi berkata,”Jika aku mendengar dari At Thabrani 20 ribu hadits dan mendengar darinya Abu Ishaq bin Hamzah 30 ribu, dan mendengar darinya Abu Syaikh 40 ribu, kita telah sempurna. Aku Berkata : Merekalah para syaikh Asbahan.
Abu Bakar bin Abi Ali Al Muaddil mengatakan : At Thabrani lebih masyhur daripada kelebihan-kelebihannya yang disebut-sebut. Ia adalah orang yang luas ilmunya dan banyak karya-karyanya.

Wafatnya
Beliau meninggal pada dua hari terakhir pada bulan Dzulqo’dah tahun 360 berarti genap 100 tahun dan 10 bulan. Dia termasuk Ma’marin dan dikuburkan di samping kuburan sahabat yang syahid Khumamah bin Abi Khamamah Ad Dausi di pintu kota Asbahan. Al Hafidz Abu Nu’aim Al Ashbahani   menyolatkanjenazahnya dan hadir di pemakamannya.
Al Hafidz Abu Nu’aim berkata : At Thabrani meninggal pada tanggal 29 Dzulqo’dah tahun 360 H di Asfahan. Sedangkan anaknya Abu Dzar meninggal pada tahun 399 H dalam umur lebih dari enam puluh tahun.

Karya-karyanya
1.         Al Mu’jam Al Kabir : Kitab ini merupakan musnad, hanya saja tidak menyebutkan Musnad Abu Huroiroh.
2.        Al Mu’jam Al Ausath : Dalam enam jilid besar. Kitab ini berisi tentang ensiklopedi guru-gurunya. Setiap gurunya disebutkan cerita-cerita ajaib dan mengherankan. Dan ini adalah cerminan kitab Al Afrod milik Daruqutni. Diterangkan di dalamnya kemuliannya dan luasnya riwayatnya. Dan beliau berkata : Kitab ini adalah ruhku. Di dalamnya juga ada hadits nafis, aziz dan munkar.
3.         Al Mu’jam As Shogir : Kitab ini pada setiap syaihknya terdapat satu hadits, terkadang lebih.
Karya beliau yang lain adalah Ad Dua dalam jilid yang besar, As Sunnah, Dalailun Nubuwah, Hadit Syamiyin, At Thuwalat, An Nawadir, Musnad Sufyan, Al Awail.
Dan mempunyai kitab tafsir juga diantaranya : Musnad Syu’bah, Musnad Asyrah,Musnad Aisyah, Musnad Ubadalah, Musnad Abu Huroiroh, At Tafsir.
Kitab-kitab beliau yang lain adalah Akhbar Umar bin Abdul Aziz, ‘Isyroton Nisa, Al Faroidh, Fadhlu Romadhon, , Ar Romyu, Al Manasik, Ma’rifatu Sohabah, Al Ilmu, Ar Ru’yah Fadhlul Arob, Al Juud, Manaqibu Ahmad, Kitabul Asyribah, Kitabul Uluwiyah fi Khilafati Abu Bakr wa Umar.

            Maraji’ :
  1. Siyaru A’lamin Nubala karangan Imam Adz Dzahabi
  2. Mu’jamul Ausath lil Hafidz Abul Qosim Sulaiman bin Ahmad At Thabrani (ditahqiq oleh Abu Mu’adz Thoriq bin ‘Iwadhillah bin Muhammad dan Abul Fadhl Abdul Muhsin bin Ibrohim Al Hasini)
  3. Mu’jamul Kabir lil Hafidz Abul Qosim Sulaiman bin Ahmad At Thabrani
  4. 60 Biografi Ulama Salaf karangan Syaikh Ahmad Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar