assalamu'alaikum sahabat baca semua terimah kasih atas kunjungan sahabat semua

Selasa, 08 Maret 2016

~ Roda Kehidupan ~

Roda Kehidupan 
Suatu hari ada seorang yang bertanya kepada sahabatnya, “Aku pernah mendengar kisah seorang arif yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Namun ada satu keanehan, setiap ada jalan yang menurun, sang arif menunjukkan wajah agak murung. Tetapi ketika jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa aku petik dari kisah ini, wahai sahabatku?” 

“Itulah salah satu perlambangan manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam kehidupan”, jelas sang sahabat. “Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasib baik, sesekali perlu kita sadari bahwa suatu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras.” 
“Apa alasan untuk optimis, sedang aku sadar nasibku sedang jatuh dan berada di bawah,” Kembali ia bertanya kepada sahabatnya. “Alasannya adalah iman, karena kita yakin akan pertolongan Sang Maha Pencipta”, terang sang sahabat. 
“Hikmah selanjutnya?”, meneruskan tanyanya. “Orang yang terkenal satu ketika harus siap untuk dilupakan, orang yang di atas harus siap mental untuk turun ke bawah. Orang kaya satu ketika harus siap untuk miskin,” sang sahabat mengakhiri jawabannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar