IMAM AL BAIHAQI
Nama beliau adalah Abu Bakr Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa al Khusraujirdi
al Khurosni al Baihaqi. Beliau diberi julukan (laqob) dengan al Hafid karena
keluasan ilmunya. Dinisbatkan pada al Khusrujirdi karena beliu dilahirkan
disana. Beliau dinisbati dengan al Baihaq karena beliau dimakamkan disana. Sedangkan
al Baihaq sebenarnya adalah sekumpulan desa yang berada di kawasan provinsi
Naisabur. Antara Baihaq dan Naisabur adalah jarak dua hari perjalanan dengan
unta[1]..Sebagian
pakar sejarah menisbatkan beliau kepada An Naisaburi. Hal ini di karenakan sebagian
besar kehidupannya dihabiskan di Naisabury.
Buku-buku tarikh telah sepakat bahwa beliau lahir pada bulan sya’ban
tahun 384H, keculi dalam buku al Kamil karangan ibnu Atsir. Disana disebutkan
bahwa beliau lahir pada tahun 387 H, namun hal ini tidaklah benar.[2]
Pekataan Ulama’ Tentang Abu Bakr Al Baihaqi
Abu al Hasan Abdul Ghofir dalam Dzail Tarikh Nasaibur mengatakan, “Abu
Bakar al Baihaqi adalah seorang ahli fikih, ahli hadits, ahli usul, taat
beragama dan waro’. Di samping itu ia adalah orang nomor satu pada zamannya
dalam hafalan dan orang yang melebihi temannya dalam kejelian dan ketelitian ia
termasuk murid besar al Hakim dan bahkan melebihinya dengan berbagai bidang
ilmu. Ia telah menulis hadits dan menghafalnya sejak dari kecilnya. Ia
mempelajari ilmu fikih dan ilmu ushul sampai menguasainya. Ia pergi menuju
Irak, al Jibal dan Hijaz. Setelah itu, ia menyusun karya-karya yang jumlahnya
mendekati ribuan juz, suatu hasil karya yang belum pernah dicapai orang
sebelumnya.
Beliau juga telah mengumpulkan antara ilmu hadis dan fiqh, menjelaskan
kelemahan-kelemahan hadis. Para ulama meminta beliau berpindah dari Nahiyah ke
Naisabur untuk mendengarkan kitabnya. Kemudian beliau mendatangi mereka pada
tahun 441H dan mereka mendirikan majlis ta’lim untuk mendengarkan pengajian
kitab al Ma’rifah di mana majlis ini dihadiri oleh para ulama. Beliau juga
karakter yang berjalan di atas sirah para ulama yang selalu menekankan
kemudahan, dan selalu memperindah perilaku zuhud dan kewaraannya[3].
Imam adz Dzahabi berkata “telah sampai kepadaku bahwa Imam al Haramain
Abi al Ma’ali al Juawaini berkata “tidaklah orang fakih bermadzhab Syafi’i
keculi Imam Syafi’i mempunyai kelebihan dari mereka kecuali Abu Bakar al Baihaqi,
maka sesunggunya beliau melebihi Imam as Syafi’i karena karya-karyanya yang
membantu dalam penyebaran madzhab Syafi’i
Kemudian Imam adz-Dzahabi menanggapinya dengan berkata Abu Ma’ali
mengatakan demikian, karena jikalau Imam al Baihaqi membuat mazhabnya
tersendiri baginya maka dia mampu melakukannya kerana keluasan ilmu yang
dimilikiya dan penetahuannya terhadap masalah ikhtilaf.”[4]
At-Taj As-Subki mengatakan, “Imam al Baihaqi adalah salah satu imam
kaum muslimin, penunjuk kebenaran bagi kaum mukminin, dan da’i yang mengajak
kepada tali Allah yang kukuh. Ia adalah seorang Al Hafizh yang besar, ahli
ushul yang cerdas, zuhud, wira’, puas dengan (ketentuan) Allah, dan membela
mazhab baik dasar-dasar maupun cabang-cabangnya. Ia adalah gunung dari
gunung-gunung ilmu.”[5]
Perjalanan mencari ilmu dan Para Gurunya
Imam al Baihaqi termasuk orang terlambat dalam pencarian ilmu
–dinisbatkan pada zamannya-, karenan beliau mulai mendengarkan hadits pada umur
15 tahun [6].
Namun, walau tidak disebutkan dalam kitab tarikh kebiasan ulama’ pada zaman
itu memulia dengan menghafalkan Al
Qur’an sebelum belajar hadits.
Masa pendidikannya dijalani bersama sejumlah ulama terkenal dari
berbagai negara. Maka dimulailah perjalan mencari ilmu itu dari khurosan. Di
sini beliu mengambil ilmu dari para ulama’ di antaranya Abu al Hasan Muhammad
bin al Hasan al Alawi, Abu Abdillah al Hakim, Abu Tharir bin Mahmasy, Abu Bakar
bin Faurak, Abu Ali ar-Raudzabari, Abdullah bin Yusuf bin Banawih, Abu
Abdirrahman as-Silmi.
Kemudia melanjutkan perjalanannya menuju Irak. Di sini beliau mengambil
ilmu dari Hilal bin Muhammad al Haffar, Abu Al Husain bin Busyrah, Ibnu Ya’qub al
Iyadhi, Janah bin Nadzir al Qodi dan lain sebagianya.
Sedangkan ketika ketika memulai menunaikan haji beliu mengugunakan
kesepat tersebut untuk mencari ilmu. Beliu mengambil ilmu dari Hasan bin Ahmad
bin Faros, Ibnu Abdulloh bin Nadhif dan lain sebagainnya [7]
Ibnu As-Subki menceritakan proses pencarian ilmu yang ia lakukan
sebagai berikut, “al Baihaqi melakukan haji. Lalu ia menuju Baghdad. Di sana, ia berguru kepada Hilal al Haffar,
Abu al Husain bin Busyran, dan segolongan ulama lain. Selain belajar kepada
ulama-ulama di Baghdad, ia juga belajar kepada ulama-ulama yang ada
di Mekkah, seperti Abu Abdillah bin Nazhif, dan ulama-ulama lain yang ada di
Irak, Hijaz, dan Al Jibal. Jika dihitung, guru-gurunya lebih dari seratus
orang.
Hal ini tidak seperti yang dialami oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’I, dan
Ibnu Majah. Khusus dalam bidang ilmu fiqh, ia berguru kepada Nashir al Umairi.
Ia menyusun karya-karyanya setelah menjadi ulama yang paling ‘alim di zamannya,
paling cerdas, paling cepat paham, paling baik akalnya. Kitab-kitab karyanya
mencapai 1000 juz. Belum ada seorang pun yang bisa menandinginya dalam menyusun
karya-karya seperti yang telah dicapainya tersebut.”[8]
Murid-Murid Beliu
Setelah beberapa tahun menuntut ilmu dari ulama’ di berbagi negara,
beliau menjadi seorang ulama’ yang sangat luas ilmunya. Maka beliau pun
menyerbarkan ilmunya kepada para murid-muridnya. Para ulama’ yang mengambil
ilmu darinya antara lain anak beliau Abu Ali Ismail bin Ahmad, cucunya Abu al Hasan
Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad, Abu Abdillah al GhurowiAbu Zakariya Yahya
bin Mandah al Hafizh, Abu al Ma’ali Muhammad bin Ismail al Farisi, Abdul Jabbar
bin Muhammad al Khawari, Abdul Hamid bin Muhammad al Khawari, Abu Bakar
Abdurrahman Al Buhairi an-Naisaburi yang meninggal pada tahun 540 Hijriah, dan
sejumlah murid-murid lain[9]
Imam as Subki berkata “bayak yang meriwayatkan darinya dari kalangan
ulama’ diantarnya, anaknya Abu isma’il, cucunya Abu al Hasan Abdulloh bin
Muhammad bin Abi Bakr, Abu Abdulloh al Furowi, Zahir bin Thohir, Abdul Jabbar
bin Muhammad al Khuwari dan yang lainnya[10]
Karya-Karya Beliau
Syaikh al Qudhoh, Abu Ali
Ismail bin al Baihaqi (putra imam al Baihaqi) mengatakan "Ayahku
menceritakan padaku "Ketika aku mulai menyusun kitab ini (maksudnya kitab al Ma'arif fi as Sunah al Atsar ) dan
selesai merevisi beberapa juz darinya, aku mendengar seorang ahli fiqh, Muhammad
bin ahmad, salah satu teman baikku dan teman yang paling banyak bacaannya serta
paling jujur perkataannya mengatakan " aku bermimpi bertemu dangan Imam as
Syafi’i. aku melihat tangannya sendang memegang beberapa juz dai kitab ini lalu
berkata "Pada hari ini aku telah menulis tujuh juz dari kitab al Baihaqi"
berkata "Aku telah membacanya" sambil menghitung jumlah juz yang
dibacanya"
Ayahku mengatakan
"Pada esok harinya, seorang ahli fikih lain dari temanku bermimpi melihat
Imam as Syafi’i sedang duduk di atas tikar di dalam masjid. Imam asy Syafi’i
berkata "Pada hari ini, aku telah mengambil faedah dari kitab seorang
faqih al Baihaqi berupa hadits seperti ini dan ini"
Lebih lanjut ayah
mengatakan "aku mendengar ahli fikih Abu Muhammad bin Ahmad as Samarqandi
al Hafidz berkata "Aku mendengar ahli fiqih Muhammad bin Abdil Aziz al
Marwazi berkata "aku pernah bermimpi melihat peti yang diliputi oleh
cahaya berada di atas langit. Lalu aku bertanya "apa ini ?" maka ada
yang menjawab pertanyaanku itu "ini adalha karya-karya Ahmad al Baihaqi.[11]
Imam adz Dzahabi berkata
“ini adalah mimpi yang benar, karena Imam al Baihaqi mampu mengarang buku yang bersar
nilainya dan banyak manfaatnya. Sedikit orang yang menyamai Imam al Baihaqi
dalam banyaknya karangannya. Oleh sebab itu hendaknya seorang alim
memperhatikankan karya-karnya terlebih kitab as Sunan al Kabir. [12]
Beliau telah meninggalkan
ribuan kitab, diantaranya ada yang besar dan berjilid-jilid dan ada pula yang
kecil dalam satu jilid atau berbentuk risalah. Karangan beliau yang terkenal
adalah, as-Sunan al Kubra, Syu’abul Iman, Dalailun Nubuwah, al Asma wa Sifat, al
Mabsuth, ad-Daawat al Kabiir, ad-Da’wat as-Shaghir, al Ba’ats wan Nusyur,
az-Zuhdu al Kabiir, al Arba’un al Kubra, al Arba’un as-Shugra, al Adab, al I’tiqad
Fadhailus Shahabah, Manaqibul Imam Ahmad bin Hanbal, dan Manaqib asy-Syafie[13]
Imam Adz dzahbi
mengatakan al Baihaqi mendapatkan berkah dalam ilmunya. Ia telah menyusun
banyak karya yang bermanfaat. Ia telah memutuskan untuk menetap di desanya dan
menyibukkan diri dengan menyusun buku dan mengarang. Ia menysun as Sunan al
Kabir sebanyak sepuluh jilid. Dalam hal ini tidak ada seorang pun yang
menyamainya.
Juga, ia menyusun kitab
as Sunan wa al Atsar sebanyak empat jilid, al Asma' wa ash Shifat sebanyak dua
jilid, al Mu'taqad sebanyak satu jilid, al Ba'ts sebanyak satu jilid, at
Targhib wa at Tarhib sebanyak satu jilid al Da'awat sebanyak satu jilid, az
Zuhd sebanyak satu jilid, al Khilafiyat sebanyak tiga jilid, Nushush asy Syafi’i
sebanyak dua jilid, Dala'il an Nubuwah sebanyak empat jilid as Sunan ash
Shoghir sebanyak satu jilid besar, Syu'ab al Iman sebanyak dua jilid.
Juga, al Madkhal ila as
Sunan sebanyak satu jilid, al Adab sebanyak satu jilid, Fadhail al Auqat
sebanyak dua jilid, al Arba'in al Kubro sebanyak dua jilid, al Arba'in ash
Shoghir dan ar Ru'yah sebayak satu jilid, al Isra' sebanyak satu jilid, Manaqib
asy Syafi’i sebanyak satu jilid, Manaqi Ahmad sebanyak satu jilid, Fadha'il ash
Shohabah sebanyak satu jilid dan kitab-kitab lain yang tidak mampu aku sebutkan
semuanya di sini.[14]
Meninggalnya
Imam adz Dzahabi
mengatakan, pada akhir hayat, Imam al Baihaqi pindah dari Baihaq ke Naisaburi
kemudian mengajarkan kitab-kitabnya. Kemudian meninggal pada tanggal 10
Jumadzil Awwal pada tahun 458H. Ia dimandikan, dikafankan, dan dimasukkan ke
dalam peti untuk dipindah ke Baihaq, suatu tempat yang jauhnya dari Naisabur
dua hari perjalanan unta. Ia hidup selama 74 tahun.[15]
Referensi
1. Siyarul
Alam an Nubala’, Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz Dzahabi,
Muasasah ar Risalah, cetakan ketiga 1405 H 1985 M
2. Thobaqot
asy Syafi’iyah Taj ad Din Abi Nashr Abdulwahab bin Ali asy Syubki, Darul Ihyau
Kubub al Arabiyah.
3. Al Baihaqi
Mauqufuhu minal ilahiyat, Muhammad Bin ‘Atiyah Bin Ali Al Ghomodi, th 1400 H /
1980M
4. al Muntakhab min Kitabis Siyaq Litarikh Naisabur –Syamilah-
5. Tadzkirtul
khufadz, Darul Kutub al Alamiyah, Bairut
6. 60
Biografi ulama’ salaf, 678 , Syaikh Ahmad Farid, pustaka al kautsar
7. http://maktabahonline.wordpress.com/2009/11/08/riwayat-hidup-imam-al
bahaqi-rahimahullah/
[1] 60 Biografi ulama’ salaf, 678 , Syaikh Ahmad Farid, pustaka al kautsar
Thobaqot asy Syafi’iyah 4/8
[2] Al Baihaqi Mauqufuhu minal ilahiyat 25, Muhammad Bin ‘Atiyah Bin Ali
Al Ghomodi
[3] Tadzkirtul khufadz 3/1133 dan al
Muntakhab min Kitabis Siyaq Litarikh Naisabur 108 –Syamilah-
[5] Thobaqat asy Syafi’iyah 4/8
[6] Al Baihaqi Mauqufuhu minal ilahiyat 28
[9] 60 Biografi ulama’ salaf, Al Baihaqi Mauqufuhu Minal Ilahiyat 42-44
[10] Thobaqor asy Syafi’iyah 4/9
[12] Siyarul A’lam an Nubala’ 18/168
Tidak ada komentar:
Posting Komentar