assalamu'alaikum sahabat baca semua terimah kasih atas kunjungan sahabat semua

Minggu, 28 Februari 2016

Biografi Imam al Baihaqi



IMAM AL BAIHAQI
Nama beliau adalah Abu Bakr Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa al Khusraujirdi al Khurosni al Baihaqi. Beliau diberi julukan (laqob) dengan al Hafid karena keluasan ilmunya. Dinisbatkan pada al Khusrujirdi karena beliu dilahirkan disana. Beliau dinisbati dengan al Baihaq karena beliau dimakamkan disana. Sedangkan al Baihaq sebenarnya adalah sekumpulan desa yang berada di kawasan provinsi Naisabur. Antara Baihaq dan Naisabur adalah jarak dua hari perjalanan dengan unta[1]..Sebagian pakar sejarah menisbatkan beliau kepada An Naisaburi. Hal ini di karenakan sebagian besar kehidupannya dihabiskan di Naisabury.

Buku-buku tarikh telah sepakat bahwa beliau lahir pada bulan sya’ban tahun 384H, keculi dalam buku al Kamil karangan ibnu Atsir. Disana disebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 387 H, namun hal ini tidaklah benar.[2]

Pekataan Ulama’ Tentang Abu Bakr Al Baihaqi
Abu al Hasan Abdul Ghofir dalam Dzail Tarikh Nasaibur mengatakan, “Abu Bakar al Baihaqi adalah seorang ahli fikih, ahli hadits, ahli usul, taat beragama dan waro’. Di samping itu ia adalah orang nomor satu pada zamannya dalam hafalan dan orang yang melebihi temannya dalam kejelian dan ketelitian ia termasuk murid besar al Hakim dan bahkan melebihinya dengan berbagai bidang ilmu. Ia telah menulis hadits dan menghafalnya sejak dari kecilnya. Ia mempelajari ilmu fikih dan ilmu ushul sampai menguasainya. Ia pergi menuju Irak, al Jibal dan Hijaz. Setelah itu, ia menyusun karya-karya yang jumlahnya mendekati ribuan juz, suatu hasil karya yang belum pernah dicapai orang sebelumnya.
Beliau juga telah mengumpulkan antara ilmu hadis dan fiqh, menjelaskan kelemahan-kelemahan hadis. Para ulama meminta beliau berpindah dari Nahiyah ke Naisabur untuk mendengarkan kitabnya. Kemudian beliau mendatangi mereka pada tahun 441H dan mereka mendirikan majlis ta’lim untuk mendengarkan pengajian kitab al Ma’rifah di mana majlis ini dihadiri oleh para ulama. Beliau juga karakter yang berjalan di atas sirah para ulama yang selalu menekankan kemudahan, dan selalu memperindah perilaku zuhud dan kewaraannya[3].
Imam adz Dzahabi berkata “telah sampai kepadaku bahwa Imam al Haramain Abi al Ma’ali al Juawaini berkata “tidaklah orang fakih bermadzhab Syafi’i keculi Imam Syafi’i mempunyai kelebihan dari mereka kecuali Abu Bakar al Baihaqi, maka sesunggunya beliau melebihi Imam as Syafi’i karena karya-karyanya yang membantu dalam penyebaran madzhab Syafi’i
Kemudian Imam adz-Dzahabi menanggapinya dengan berkata Abu Ma’ali mengatakan demikian, karena jikalau Imam al Baihaqi membuat mazhabnya tersendiri baginya maka dia mampu melakukannya kerana keluasan ilmu yang dimilikiya dan penetahuannya terhadap masalah ikhtilaf.”[4]
At-Taj As-Subki mengatakan, “Imam al Baihaqi adalah salah satu imam kaum muslimin, penunjuk kebenaran bagi kaum mukminin, dan da’i yang mengajak kepada tali Allah yang kukuh. Ia adalah seorang Al Hafizh yang besar, ahli ushul yang cerdas, zuhud, wira’, puas dengan (ketentuan) Allah, dan membela mazhab baik dasar-dasar maupun cabang-cabangnya. Ia adalah gunung dari gunung-gunung ilmu.”[5]

Perjalanan mencari ilmu dan Para Gurunya
Imam al Baihaqi termasuk orang terlambat dalam pencarian ilmu –dinisbatkan pada zamannya-, karenan beliau mulai mendengarkan hadits pada umur 15 tahun [6]. Namun, walau tidak disebutkan dalam kitab tarikh kebiasan ulama’ pada zaman itu  memulia dengan menghafalkan Al Qur’an sebelum belajar hadits.
Masa pendidikannya dijalani bersama sejumlah ulama terkenal dari berbagai negara. Maka dimulailah perjalan mencari ilmu itu dari khurosan. Di sini beliu mengambil ilmu dari para ulama’ di antaranya Abu al Hasan Muhammad bin al Hasan al Alawi, Abu Abdillah al Hakim, Abu Tharir bin Mahmasy, Abu Bakar bin Faurak, Abu Ali ar-Raudzabari, Abdullah bin Yusuf bin Banawih, Abu Abdirrahman as-Silmi.
Kemudia melanjutkan perjalanannya menuju Irak. Di sini beliau mengambil ilmu dari Hilal bin Muhammad al Haffar, Abu Al Husain bin Busyrah, Ibnu Ya’qub al Iyadhi, Janah bin Nadzir al Qodi dan lain sebagianya.
Sedangkan ketika ketika memulai menunaikan haji beliu mengugunakan kesepat tersebut untuk mencari ilmu. Beliu mengambil ilmu dari Hasan bin Ahmad bin Faros, Ibnu Abdulloh bin Nadhif dan lain sebagainnya [7]
Ibnu As-Subki menceritakan proses pencarian ilmu yang ia lakukan sebagai berikut, “al Baihaqi melakukan haji. Lalu ia menuju Baghdad. Di sana, ia berguru kepada Hilal al Haffar, Abu al Husain bin Busyran, dan segolongan ulama lain. Selain belajar kepada ulama-ulama di Baghdad, ia juga belajar kepada ulama-ulama yang ada di Mekkah, seperti Abu Abdillah bin Nazhif, dan ulama-ulama lain yang ada di Irak, Hijaz, dan Al Jibal. Jika dihitung, guru-gurunya lebih dari seratus orang.
Hal ini tidak seperti yang dialami oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’I, dan Ibnu Majah. Khusus dalam bidang ilmu fiqh, ia berguru kepada Nashir al Umairi. Ia menyusun karya-karyanya setelah menjadi ulama yang paling ‘alim di zamannya, paling cerdas, paling cepat paham, paling baik akalnya. Kitab-kitab karyanya mencapai 1000 juz. Belum ada seorang pun yang bisa menandinginya dalam menyusun karya-karya seperti yang telah dicapainya tersebut.”[8]

Murid-Murid Beliu
Setelah beberapa tahun menuntut ilmu dari ulama’ di berbagi negara, beliau menjadi seorang ulama’ yang sangat luas ilmunya. Maka beliau pun menyerbarkan ilmunya kepada para murid-muridnya. Para ulama’ yang mengambil ilmu darinya antara lain anak beliau Abu Ali Ismail bin Ahmad, cucunya Abu al Hasan Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad, Abu Abdillah al GhurowiAbu Zakariya Yahya bin Mandah al Hafizh, Abu al Ma’ali Muhammad bin Ismail al Farisi, Abdul Jabbar bin Muhammad al Khawari, Abdul Hamid bin Muhammad al Khawari, Abu Bakar Abdurrahman Al Buhairi an-Naisaburi yang meninggal pada tahun 540 Hijriah, dan sejumlah murid-murid lain[9]
Imam as Subki berkata “bayak yang meriwayatkan darinya dari kalangan ulama’ diantarnya, anaknya Abu isma’il, cucunya Abu al Hasan Abdulloh bin Muhammad bin Abi Bakr, Abu Abdulloh al Furowi, Zahir bin Thohir, Abdul Jabbar bin Muhammad al Khuwari dan yang lainnya[10]

Karya-Karya Beliau
Syaikh al Qudhoh, Abu Ali Ismail bin al Baihaqi (putra imam al Baihaqi) mengatakan "Ayahku menceritakan padaku "Ketika aku mulai menyusun kitab ini (maksudnya  kitab al Ma'arif fi as Sunah al Atsar ) dan selesai merevisi beberapa juz darinya, aku mendengar seorang ahli fiqh, Muhammad bin ahmad, salah satu teman baikku dan teman yang paling banyak bacaannya serta paling jujur perkataannya mengatakan " aku bermimpi bertemu dangan Imam as Syafi’i. aku melihat tangannya sendang memegang beberapa juz dai kitab ini lalu berkata "Pada hari ini aku telah menulis tujuh juz dari kitab al Baihaqi" berkata "Aku telah membacanya" sambil menghitung jumlah juz yang dibacanya"
Ayahku mengatakan "Pada esok harinya, seorang ahli fikih lain dari temanku bermimpi melihat Imam as Syafi’i sedang duduk di atas tikar di dalam masjid. Imam asy Syafi’i berkata "Pada hari ini, aku telah mengambil faedah dari kitab seorang faqih al Baihaqi berupa hadits seperti ini dan ini"
Lebih lanjut ayah mengatakan "aku mendengar ahli fikih Abu Muhammad bin Ahmad as Samarqandi al Hafidz berkata "Aku mendengar ahli fiqih Muhammad bin Abdil Aziz al Marwazi berkata "aku pernah bermimpi melihat peti yang diliputi oleh cahaya berada di atas langit. Lalu aku bertanya "apa ini ?" maka ada yang menjawab pertanyaanku itu "ini adalha karya-karya Ahmad al Baihaqi.[11]
Imam adz Dzahabi berkata “ini adalah mimpi yang benar, karena Imam al Baihaqi mampu mengarang buku yang bersar nilainya dan banyak manfaatnya. Sedikit orang yang menyamai Imam al Baihaqi dalam banyaknya karangannya. Oleh sebab itu hendaknya seorang alim memperhatikankan karya-karnya terlebih kitab as Sunan al Kabir. [12]
Beliau telah meninggalkan ribuan kitab, diantaranya ada yang besar dan berjilid-jilid dan ada pula yang kecil dalam satu jilid atau berbentuk risalah. Karangan beliau yang terkenal adalah, as-Sunan al Kubra, Syu’abul Iman, Dalailun Nubuwah, al Asma wa Sifat, al Mabsuth, ad-Daawat al Kabiir, ad-Da’wat as-Shaghir, al Ba’ats wan Nusyur, az-Zuhdu al Kabiir, al Arba’un al Kubra, al Arba’un as-Shugra, al Adab, al I’tiqad Fadhailus Shahabah, Manaqibul Imam Ahmad bin Hanbal, dan Manaqib asy-Syafie[13]
Imam Adz dzahbi mengatakan al Baihaqi mendapatkan berkah dalam ilmunya. Ia telah menyusun banyak karya yang bermanfaat. Ia telah memutuskan untuk menetap di desanya dan menyibukkan diri dengan menyusun buku dan mengarang. Ia menysun as Sunan al Kabir sebanyak sepuluh jilid. Dalam hal ini tidak ada seorang pun yang menyamainya.
Juga, ia menyusun kitab as Sunan wa al Atsar sebanyak empat jilid, al Asma' wa ash Shifat sebanyak dua jilid, al Mu'taqad sebanyak satu jilid, al Ba'ts sebanyak satu jilid, at Targhib wa at Tarhib sebanyak satu jilid al Da'awat sebanyak satu jilid, az Zuhd sebanyak satu jilid, al Khilafiyat sebanyak tiga jilid, Nushush asy Syafi’i sebanyak dua jilid, Dala'il an Nubuwah sebanyak empat jilid as Sunan ash Shoghir sebanyak satu jilid besar, Syu'ab al Iman sebanyak dua jilid.
Juga, al Madkhal ila as Sunan sebanyak satu jilid, al Adab sebanyak satu jilid, Fadhail al Auqat sebanyak dua jilid, al Arba'in al Kubro sebanyak dua jilid, al Arba'in ash Shoghir dan ar Ru'yah sebayak satu jilid, al Isra' sebanyak satu jilid, Manaqib asy Syafi’i sebanyak satu jilid, Manaqi Ahmad sebanyak satu jilid, Fadha'il ash Shohabah sebanyak satu jilid dan kitab-kitab lain yang tidak mampu aku sebutkan semuanya di sini.[14]

Meninggalnya
Imam adz Dzahabi mengatakan, pada akhir hayat, Imam al Baihaqi pindah dari Baihaq ke Naisaburi kemudian mengajarkan kitab-kitabnya. Kemudian meninggal pada tanggal 10 Jumadzil Awwal pada tahun 458H. Ia dimandikan, dikafankan, dan dimasukkan ke dalam peti untuk dipindah ke Baihaq, suatu tempat yang jauhnya dari Naisabur dua hari perjalanan unta. Ia hidup selama 74 tahun.[15]


Referensi
1.      Siyarul Alam an Nubala’, Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz Dzahabi, Muasasah ar Risalah, cetakan ketiga 1405 H 1985 M
2.      Thobaqot asy Syafi’iyah Taj ad Din Abi Nashr Abdulwahab bin Ali asy Syubki, Darul Ihyau Kubub al Arabiyah.
3.      Al Baihaqi Mauqufuhu minal ilahiyat, Muhammad Bin ‘Atiyah Bin Ali Al Ghomodi, th 1400 H / 1980M
4.      al Muntakhab min Kitabis Siyaq Litarikh Naisabur  –Syamilah-
5.      Tadzkirtul khufadz, Darul Kutub al Alamiyah, Bairut
6.      60 Biografi ulama’ salaf, 678 , Syaikh Ahmad Farid, pustaka al kautsar
7.      http://maktabahonline.wordpress.com/2009/11/08/riwayat-hidup-imam-al bahaqi-rahimahullah/





[1] 60 Biografi ulama’ salaf, 678 , Syaikh Ahmad Farid, pustaka al kautsar Thobaqot asy Syafi’iyah 4/8
[2] Al Baihaqi Mauqufuhu minal ilahiyat 25, Muhammad Bin ‘Atiyah Bin Ali Al Ghomodi
[3] Tadzkirtul khufadz 3/1133 dan al Muntakhab min Kitabis Siyaq Litarikh Naisabur 108 –Syamilah-
[4] Siyarul A’lam an Nubala’ 18/168-169
[5] Thobaqat asy Syafi’iyah 4/8
[6] Al Baihaqi Mauqufuhu minal ilahiyat 28
[7] Ibid 31-33
[8] Di sadur dari kitab Thobaqor asy Syafi’iyah 4/8-9
[9] 60 Biografi ulama’ salaf, Al Baihaqi Mauqufuhu Minal Ilahiyat 42-44
[10] Thobaqor asy Syafi’iyah 4/9
[11] 60 biografi ulama' salaf 680
[12] Siyarul A’lam an Nubala’ 18/168
[13] http://maktabahonline.wordpress.com/2009/11/08/riwayat-hidup-imam-al bahaqi-rahimahullah/
[14] Siyarul A'lam an Nubala' 18/165-167
[15] Tadzkirotul Hufad 3/1134-1135

Tidak ada komentar:

Posting Komentar