assalamu'alaikum sahabat baca semua terimah kasih atas kunjungan sahabat semua

Kamis, 18 Februari 2016

Biografi Imam Ibnu Majah



IBNU MAJAH
Beliau adalah Al-Imam Al-Hafidz Al-Muhaddits Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rab'i Al-Qazwini. Nama ibnu (anak) Majah dinisbatkan kepada ayahnya Yazid, yang juga dikenal dengan sebutan Majah Maula Rab'at. Selain itu sebagin ulama berpendapat, Majah adalah ayah dari Yazid. Namun pendapat, nama Ibnu Majah yang dinisbahkan kepada ayahnya lebih mashur di kalangan muhadditsin.

Para ahli tarikh berbeda pendapa di dalam nama Majah. Ada yang berpendapat bahwa Majah adalah nama ayahnya, namun ada juga yang berkata bahwa Majah adalah nama kakeknya. Bahkan adapula yang menyebutkan bahwa Majah adalah nama ibunya. Dan nama Majah termasuk dari kalimat Persia yang berakhiran dengan huruf Ha' sakinah, bukan dengan Ta' sebagaimana yang kebanyakan ditulis.
Adapun Ar Rib’i; merupakan nisbah wala` kepada Rabi’ah, yaitu satu kabilah arab. Sedangkan Al Qazwînî adalah nisbah kepada Qazwîn yaitu nisbah kepada salah satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iran.
Beliau dilharikan pada tahun 209 Hijriah sebagaimana yang beliau tuturkan " aku dilahirkan pada tahun 209 hijirah." Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti, di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada  di Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau.
Rihlah Beliau di Dalam Menuntut Ilmu
Sejak remaja, Ibnu Majah dikenal sebagai sosok yang tekun dan cinta ilmu. Pada usia 15 tahun, Ibnu Majah belajar hadits pada seorang guru besar kala itu, Ali bin Muhammad At-Tanafasy (233 H). Bakat dan kegigihan yang dimiliki Ibnu Majah membawanya berkelana ke penjuru negeri untuk menekuni bidang hadits. Sepanjang hayatnya, seluruh pikiran dan usahanya untuk menulis baik di bidang fikih, tafsir, hadits, dan sejarah.
Tidak hanya itu, di bidang sejarah, Ibnu Majah menyusun At-Târîkh. Buku ini secara terperinci mengulas biografi para muhaddits yang hidup sebelumnya hingga biografi ualama hadits yang semasa dengannya. Di bidang tafsir, Ibnu Majah juga menulis Al-Qur'ân Al-Karîm. Namun sayang, buku At-Tarikh dan buku Al-Qur'an Al-Karim tidak sampai ke generasi berikutnya hingga sekarang.
Seperti sama halnya dengan para imam muhadits sebelumnya, Ibnu Majah juga melakukan perjalanan ilmiahnya untuk mencari hadits. Ibnu Majah pernah melakukan rihlah ke kota-kota di Iraq, Hijaz, Syam, Pârs, Mesir, Bashrah, Kufah, Mekah, Madinah, Damaskus, Teheran maupun ke Konstatinopel.
Pada rihlah ilmiahnya ini, Ibnu Majah bertemu banyak pakar hadits. Dari para pakar inilah Ibnu Majah mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang dalam, terutama seputar hadits. Para guru inilah yang sangat berperan bagi keintelektualan Sang Imam. Selama perjalanan ilmiahnya, tercatat banyak para guru tempatnya menimba ilmu.
Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Abu Ya'la Al-Kahlily Al-Qazwiny berkata, bahwa Imam Ibnu Majah adalah seorang yang sangat terpercaya, disepakati kejujurannya, pendapatnya dapat dijadikan argumentasi yang kuat, disamping itu juga mempunyai pengetahuan yang luas dan banyak menghapal hadits.
Seperti Abu Ya'la, sanjungan senada juga dilontarkan Abu Zar'ah Ar-Râzî dan imam Ad-Dzahaby dalam bukunya Tazkiratu Al-Huffâdz. Keduanya menyebut Imam Ibnu Majah sebagai ahli besar di bidang hadits, sosok pengembara ilmu, pengarang kitab sunan dan tafsir, dan ahli hadits kenamaan negerinya.
Ibnu Katsir di dalam kitabnya Al-Bidayah mengatakan : "Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab Sunan yang masyhur. Kitabnya itu bukti atas ilmu dan amalnya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, kredibilitas dan loyalitasnya terhadap hadits, ushul serta furû'.
Al HafizhAl Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan hafalan.”
Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung, hujjah dan ahli tafsir.”
Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan beberapa hasil karya yang bermanfa’at.”

Guru-gurunya.
Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru yang sangat banyak sekali.
Di antara guru beliau adalah;
  1. ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî
  2. Jabbarah bin AL Mughallas
  3. Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair
  4. Suwaid bin Sa’îd
  5. Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî
  6. Muhammad bin Ramh
  7. Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi
  8. Muhammad bin Abdullah bin Numair
  9. Abu Bakr bin Abi Syaibah
  10. Hisyam bin ‘Ammar
  11. Abu Sa’id Al Asyaj
  12. Abu Mus'ab Az-Zuhri
  13. Abu Khutsaimah
  14. Utsman bin Abi Syaibah
  15. Dan yang lain

Murid-muridnya.
Keluasan ‘ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu berkeliling dalam majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali murid yang mengambil ilmu darinya, diantara mereka adalah;
  1. Muhammad bin ‘Isa Al-Mathu'i
  2. Abu Bakar Hamid al Abharî
  3. Abu Thayyib Ahmad al Baghdadî
  4. Sulaiman bin Yazid al Fami
  5. ‘Ali bin Ibrahim al Qaththan
  6. Ishaq bin Muhammad
  7. Muhammad bin ‘Isa ash Shiffar
  8. ‘Ali bin Sa’îd al ‘Askari
  9. Ibnu Sibawih
  10. Wajdî Ahmad bin Ibrahîm
  11. Abu Hasan Ali bin Ibrahim Al-Qatthan
  12. Ibrahim  bin Dinar
  13. Dan yang lainnya
Ibnu Majah mempunyai banyak karya tulis, diantaranya :
  1. Kitab as-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Shitah (enam kitab hadits induk)
  2. Tafsir Quran, sebuah tafsir yang sangat besar manfaatnya seperti yang diterangkan Ibni Katsir.
  3. Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sohabat sampai zaman Ibnu Madjah.
Namun sangat disayangkan, dua karya beliau mengenai tafsir Al-Qur'an dan Kitab Tarikh, keduanya tidak sampai pada generasi ini. Sehingga tidak banyak prihal yang diketahui akan kedua kitab tersebut.
Berbeda halnya dengan kitab sunan beliau yang kemudian menjadi salah satu kitab dari Kutubus Sittah yang keberadaan diakui oleh hampir seluruh ulama salaf, yang hingga kini keberadan masih tetap eksis dalam disiplin ilmu hadits.

            Sunan Ibnu Majah merupakan salah satu karya beliau yang paling fenomenal. Kitab tersebut merupakan salah satu dari enam kitab sunan yang diakui kredibilitasnya oleh para ulama. Dan ulama pertama yang memandang Sunan Ibnu Majah sebagai kitab keenam adalah al-Hafiz Abul-Fardl Muhammad bin Tahir al-Maqdisi (wafat pada 507 H) dalam kitabnya Atraful Kutubus Sittah dan dalam risalahnya Syurutul 'A'immatis Sittah.
Menurut imam Adz-Dzahabi, kitab Sunan Ibnu Majah terdiri dari 32 kitab, 1500 bab menurut Abu Al-Hasan Al-Qatthanî, dan terdiri dari 4000 hadits menurut imam Adz-Dzahabî. Namun, setelah diteliti ualng dan di-tahqîq oleh Muhammad Fuad Abdul Bâqî rahimahullah, buku ini berjumlah 37 kitab, 515 bab dan terdiri dari 4341 hadits.
Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan secara baik
dan indah. Ibn
u Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang mengikuti
sunnah Rasulullah
r. Dalam bab ini ia menguraikan hadits-hadits yang
menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.
Dalam penulisan kitab Sunannya, Ibnu Majah biasa memulai dengan mengumpulkan hadits dan menyusunnya berdasarkan bab yang berkaitan dengan masalah seputar fiqih.
Setelah menyusun dalam bentuk bab, Ibnu Majah tidak terlalu fokus pada kritik al-Hadits yang diangakatnya, namuan Ibnu majah lebih fokus mengkritisi hadits-hadits yang menurutnya lebih penting dan perlu penjelasan. Termasuk juga, Ibnu Majah tidak menyebutkan pendapat para ulama fâqih setelah penulisan hadits. Disamping itu, ia juga sedikit melakukan pengulangan hadits sebagaimana yang dilakukan Imam Muslim.
Taraf sesebuah hadis di dalam ‘Sunan’nya, terdiri dari martabat hadis yang sahih, hasan, dhaif dan bahkan terdapat juga bertaraf hadis munkar dan maudhuk (palsu) tetapi terlalu sedikit untuk dibicarakan. Jika dinisbahkan kepada kitab sunan yang lain, hadis dhaif amat banyak terdapat di dalam kitabnya, sehingga al-Hafiz Abu Yusuf al-Mizzi memberikan komentarnya: “Setiap apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah secara sendirian (dan tiada dalam periwayatan hadis Imam yang lain) dari kalangan lima orang imam tersebut adalah dikira sebagai dhaif”.
Martabat Sunan Ibnu Majah ini berada di bawah martabat Kutubul Khamsah (Lima Kitab Pokok). Hal ini karena kitab sunan ini yang paling banyaknya Hadits-Hadits Dho'if di dalamnya.

al-Hafiz al-Mizzi dan Imam Ibnu Hajar menyatakan bahawa "kitab Sunan Ibnu Majah ini terlalu banyak hadis dhaif dari periwayatannya secara sendirian tanpa ada kesepakatan dengan Imam hadis yang lain." Sehingga kurang bijaksana bila seseorang menjadikan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh beliau secara pribadi sebagai hujjah tanpa adanya kajian mengenai kedudukan hadits tersebut.
al-Hafiz Ibnu al-Jauzi juga menyatakan bahwa terdapat 30 buah hadis dari kitab beliau yang dianggap sebagai hadits palsu. Begitu juga yang dinyatakan oleh Abu Zur’ah bahwa ia mendapati terdapat 30 hadits yang termasuk hadits mardud (tertolak).

Setelah sekian lama mendedikasikan hidup dan pikirnya kepada Islam, Sang Khaliq akhirnya memanggil Imam Ibnu Majah untuk selama-lamanya. Beliau meninggal pada hari Senin, tanggal 22 Ramadhan, tahun 273 hijriah di Qazwini dalam usianya yang ke 64 tahun. Beliau dimakamkan pada hari Selasa keesokkan harinya, dan dishalatkan oleh saudaranya Abu Bakar. Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua saudaranya Abu Bakar dan Abdullah serta purtanya Abdullah.

Maraji'
  1. Sunan Ibnu Majah, Darussalam Linnasyar wat Tauzi', Riyadh. Tabi'ah al-ula.
  2. Siyar Alamun Nubala, Imam Syamsuddin Adz-Dzahabi. Tabi'ah As-Sabi'ah, Muasasah Ar-Risalah, Bairut
  3. Tahdzibut Tahdzib, Imam Hafidz Syaikhul Islam Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Atsqalani. Tabi'ah al-ula, Darul Fikr.
  4. http://mohdfikri.com/blog/kitab-arab/ulum-al-hadis/sunan-ibn-majah.html
  5. http://1001tokohislam.blogspot.com/
  6. http://binanurani.com
  7. http://lidwapusaka.com/produk/kitab-9-imam/biografi-imam-hadits/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar