IBNU MAJAH
Beliau adalah Al-Imam
Al-Hafidz Al-Muhaddits Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rab'i
Al-Qazwini. Nama ibnu (anak) Majah dinisbatkan
kepada ayahnya Yazid, yang juga dikenal dengan sebutan Majah Maula Rab'at.
Selain itu sebagin ulama berpendapat, Majah adalah ayah dari Yazid. Namun
pendapat, nama Ibnu Majah yang dinisbahkan kepada ayahnya lebih mashur di
kalangan muhadditsin.
Para ahli tarikh berbeda pendapa di dalam nama Majah. Ada yang berpendapat bahwa Majah adalah nama
ayahnya, namun ada juga yang berkata bahwa Majah adalah nama kakeknya. Bahkan adapula
yang menyebutkan bahwa Majah adalah nama ibunya. Dan nama Majah termasuk dari
kalimat Persia
yang berakhiran dengan huruf Ha' sakinah, bukan dengan Ta' sebagaimana yang
kebanyakan ditulis.
Adapun Ar Rib’i; merupakan nisbah wala` kepada Rabi’ah, yaitu satu kabilah
arab. Sedangkan Al Qazwînî adalah nisbah kepada Qazwîn yaitu nisbah kepada
salah satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iran.
Beliau dilharikan pada tahun 209 Hijriah
sebagaimana yang beliau tuturkan " aku dilahirkan pada tahun 209
hijirah." Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang
pasti, di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau
berada di Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau.
Rihlah Beliau di Dalam Menuntut Ilmu
Sejak
remaja, Ibnu Majah dikenal sebagai sosok yang tekun dan cinta ilmu. Pada usia
15 tahun, Ibnu Majah belajar hadits pada seorang guru besar kala itu, Ali bin
Muhammad At-Tanafasy (233 H). Bakat dan kegigihan yang dimiliki Ibnu Majah
membawanya berkelana ke penjuru negeri untuk menekuni bidang hadits. Sepanjang
hayatnya, seluruh pikiran dan usahanya untuk menulis baik di bidang fikih,
tafsir, hadits, dan sejarah.
Tidak
hanya itu, di bidang sejarah, Ibnu Majah menyusun At-Târîkh. Buku ini secara
terperinci mengulas biografi para muhaddits yang hidup sebelumnya hingga
biografi ualama hadits yang semasa dengannya. Di bidang tafsir, Ibnu Majah juga
menulis Al-Qur'ân Al-Karîm. Namun sayang, buku At-Tarikh dan buku Al-Qur'an
Al-Karim tidak sampai ke generasi berikutnya hingga sekarang.
Seperti
sama halnya dengan para
imam muhadits sebelumnya, Ibnu Majah juga melakukan perjalanan ilmiahnya untuk
mencari hadits. Ibnu Majah pernah melakukan rihlah ke kota-kota di Iraq, Hijaz,
Syam, Pârs, Mesir, Bashrah, Kufah, Mekah, Madinah, Damaskus, Teheran maupun ke
Konstatinopel.
Pada
rihlah ilmiahnya ini, Ibnu Majah bertemu banyak pakar hadits. Dari para pakar
inilah Ibnu Majah mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang dalam, terutama seputar
hadits. Para guru inilah yang sangat berperan bagi keintelektualan Sang Imam.
Selama perjalanan ilmiahnya, tercatat banyak para guru tempatnya menimba ilmu.
Sanjungan Para Ulama
Terhadapnya
Abu
Ya'la Al-Kahlily Al-Qazwiny berkata,
bahwa Imam Ibnu Majah adalah seorang yang sangat terpercaya, disepakati
kejujurannya, pendapatnya dapat dijadikan argumentasi yang kuat, disamping itu
juga mempunyai pengetahuan yang luas dan banyak menghapal hadits.
Seperti
Abu Ya'la, sanjungan senada juga dilontarkan Abu Zar'ah Ar-Râzî dan imam Ad-Dzahaby dalam bukunya
Tazkiratu Al-Huffâdz. Keduanya menyebut Imam Ibnu Majah sebagai ahli besar di
bidang hadits,
sosok pengembara ilmu, pengarang kitab sunan dan tafsir, dan ahli hadits
kenamaan negerinya.
Ibnu
Katsir di dalam kitabnya Al-Bidayah mengatakan
: "Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab Sunan yang
masyhur. Kitabnya itu bukti atas ilmu dan amalnya, keluasan pengetahuan dan
pandangannya, kredibilitas dan loyalitasnya terhadap hadits, ushul serta furû'.
Al
HafizhAl Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir,
muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang
mendalam dalam masalah hadits, dan hafalan.”
Al
Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung,
hujjah dan ahli tafsir.”
Al
Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan
dan beberapa hasil karya yang bermanfa’at.”
Guru-gurunya.
Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul
hadits lainnya, beliau mempunyai guru yang sangat banyak sekali.
Di antara guru beliau adalah;
- ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî
- Jabbarah bin AL Mughallas
- Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair
- Suwaid bin Sa’îd
- Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî
- Muhammad bin Ramh
- Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi
- Muhammad bin Abdullah bin Numair
- Abu Bakr bin Abi Syaibah
- Hisyam bin ‘Ammar
- Abu Sa’id Al Asyaj
- Abu Mus'ab Az-Zuhri
- Abu Khutsaimah
- Utsman bin Abi Syaibah
- Dan yang lain
Murid-muridnya.
Keluasan ‘ilmu Ibnu Majah membuat para
penuntut ilmu yang haus akan ilmu berkeliling dalam majlis yang beliau dirikan.
Maka sangat banyak sekali murid yang mengambil ilmu darinya, diantara mereka
adalah;
- Muhammad bin ‘Isa Al-Mathu'i
- Abu Bakar Hamid al Abharî
- Abu Thayyib Ahmad al Baghdadî
- Sulaiman bin Yazid al Fami
- ‘Ali bin Ibrahim al Qaththan
- Ishaq bin Muhammad
- Muhammad bin ‘Isa ash Shiffar
- ‘Ali bin Sa’îd al ‘Askari
- Ibnu Sibawih
- Wajdî Ahmad bin Ibrahîm
- Abu Hasan Ali bin Ibrahim Al-Qatthan
- Ibrahim bin Dinar
- Dan yang lainnya
Ibnu
Majah mempunyai banyak karya tulis, diantaranya :
- Kitab as-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Shitah (enam kitab hadits induk)
- Tafsir Quran, sebuah tafsir yang sangat besar manfaatnya seperti yang diterangkan Ibni Katsir.
- Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sohabat sampai zaman Ibnu Madjah.
Namun sangat disayangkan, dua karya beliau mengenai
tafsir Al-Qur'an dan Kitab Tarikh, keduanya tidak sampai pada generasi ini.
Sehingga tidak banyak prihal yang diketahui akan kedua kitab tersebut.
Berbeda halnya dengan kitab sunan beliau yang kemudian
menjadi salah satu kitab dari Kutubus Sittah yang keberadaan diakui oleh hampir
seluruh ulama salaf, yang hingga kini keberadan masih tetap eksis dalam
disiplin ilmu hadits.
Sunan
Ibnu Majah merupakan salah satu karya beliau yang paling fenomenal. Kitab
tersebut merupakan salah satu dari enam kitab sunan yang diakui kredibilitasnya
oleh para ulama. Dan ulama pertama yang memandang Sunan
Ibnu Majah sebagai kitab
keenam adalah al-Hafiz
Abul-Fardl Muhammad bin Tahir al-Maqdisi (wafat pada 507 H) dalam kitabnya Atraful
Kutubus Sittah dan dalam risalahnya Syurutul 'A'immatis Sittah.
Menurut
imam Adz-Dzahabi, kitab Sunan Ibnu Majah
terdiri dari 32 kitab, 1500 bab menurut Abu Al-Hasan Al-Qatthanî, dan terdiri
dari 4000 hadits menurut imam Adz-Dzahabî. Namun, setelah
diteliti ualng dan di-tahqîq oleh Muhammad Fuad Abdul Bâqî rahimahullah, buku
ini berjumlah 37 kitab, 515 bab dan terdiri dari 4341 hadits.
Kitab
sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan secara baik
dan indah. Ibnu Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang mengikuti
sunnah Rasulullah r. Dalam bab ini ia menguraikan hadits-hadits yang
menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.
dan indah. Ibnu Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang mengikuti
sunnah Rasulullah r. Dalam bab ini ia menguraikan hadits-hadits yang
menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.
Dalam
penulisan kitab Sunannya, Ibnu Majah biasa memulai dengan mengumpulkan hadits
dan menyusunnya berdasarkan bab yang berkaitan dengan masalah seputar fiqih.
Setelah
menyusun dalam bentuk bab, Ibnu Majah tidak terlalu fokus pada kritik al-Hadits
yang diangakatnya, namuan Ibnu majah lebih fokus mengkritisi hadits-hadits yang
menurutnya lebih penting dan perlu penjelasan. Termasuk juga, Ibnu Majah tidak
menyebutkan pendapat para ulama fâqih setelah penulisan hadits. Disamping itu,
ia juga sedikit melakukan pengulangan hadits sebagaimana yang dilakukan Imam
Muslim.
Taraf
sesebuah hadis di dalam ‘Sunan’nya, terdiri dari martabat hadis yang sahih,
hasan, dhaif dan bahkan terdapat juga bertaraf hadis munkar dan maudhuk (palsu)
tetapi terlalu sedikit untuk dibicarakan. Jika dinisbahkan kepada kitab sunan
yang lain, hadis dhaif amat banyak terdapat di dalam kitabnya, sehingga
al-Hafiz Abu Yusuf al-Mizzi memberikan komentarnya: “Setiap apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah secara sendirian (dan
tiada dalam periwayatan hadis Imam yang lain) dari kalangan lima orang imam
tersebut adalah dikira sebagai dhaif”.
Martabat Sunan Ibnu Majah ini berada di bawah martabat Kutubul
Khamsah (Lima Kitab Pokok). Hal ini karena
kitab sunan ini yang paling banyaknya Hadits-Hadits Dho'if di dalamnya.
al-Hafiz
al-Mizzi dan Imam Ibnu Hajar menyatakan bahawa "kitab Sunan Ibnu Majah ini terlalu
banyak hadis dhaif dari periwayatannya secara sendirian tanpa ada kesepakatan
dengan Imam hadis yang lain."
Sehingga kurang bijaksana bila seseorang menjadikan hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh beliau secara pribadi sebagai hujjah tanpa adanya kajian
mengenai kedudukan hadits tersebut.
al-Hafiz Ibnu al-Jauzi juga menyatakan bahwa
terdapat 30 buah hadis dari kitab beliau yang dianggap sebagai hadits
palsu. Begitu juga yang dinyatakan oleh Abu Zur’ah bahwa ia mendapati
terdapat 30 hadits yang termasuk hadits mardud (tertolak).
Setelah sekian lama
mendedikasikan hidup dan pikirnya kepada Islam, Sang Khaliq akhirnya memanggil
Imam Ibnu Majah untuk selama-lamanya. Beliau meninggal pada
hari Senin, tanggal 22 Ramadhan, tahun 273 hijriah di Qazwini dalam usianya
yang ke 64 tahun. Beliau dimakamkan pada hari Selasa keesokkan harinya, dan
dishalatkan oleh saudaranya Abu Bakar. Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh
kedua saudaranya Abu Bakar dan Abdullah serta purtanya Abdullah.
Maraji'
- Sunan Ibnu Majah, Darussalam Linnasyar wat Tauzi', Riyadh. Tabi'ah al-ula.
- Siyar Alamun Nubala, Imam Syamsuddin Adz-Dzahabi. Tabi'ah As-Sabi'ah, Muasasah Ar-Risalah, Bairut
- Tahdzibut Tahdzib, Imam Hafidz Syaikhul Islam Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Atsqalani. Tabi'ah al-ula, Darul Fikr.
- http://mohdfikri.com/blog/kitab-arab/ulum-al-hadis/sunan-ibn-majah.html
- http://1001tokohislam.blogspot.com/
- http://binanurani.com
- http://lidwapusaka.com/produk/kitab-9-imam/biografi-imam-hadits/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar