BIOGRAFI IMAM AN NASA`I
Nama, kelahiran dan sifat Beliau
Nama: Ahmad
bin Syu’aib bin Ali bin Sofyan bin Bahr bin dinar
Kuniyah beliau: Abu Abdirrahman
Nasab beliau: An Nasa`i dan
An Nasawi, yaitu nisbah kepada negri asal beliau, tempat beliau di lahirkan.
Satu kota bagian dari Khurasan.
Tanggal lahir: tahun 215
hijriah, ini adalah pendapat yang ditetapkan oleh para ulama. Ada juga yang
berpendapat 214 hijriah. Pendapat ini pertama dikatan oleh murid beliau abu
sa’id bin yunus.
Sifat-sifat beliau: An Nasa`i merupakan seorang lelaki yang ganteng, berwajah bersih dan segar,
wajahnya seakan-akan lampu yang menyala. Beliau adalah sosok yang karismatik
dan tenang, berpenampilan yang sangat menarik.
Kondisi itu karena
beberapa faktor, diantaranya; dia sangat memperhatikan keseimbangan dirinya
dari segi makanan, pakaian, dan kesenangan, minum sari buah yang halal dan
banyak makan ayam.
Aktifitas Beliau Dalam Menimba Ilmu
Imam Nasa`i
memulai menuntut ilmu lebih dini, karena beliau mengadakan perjalanan ke
Qutaibah bin Sa’id pada tahun 230 hijriah, pada saat itu beliau berumur 15
tahun. Beliau tinggal di samping Qutaibah di negrinya Baghlan selama setahun
dua bulan, sehingga beliau dapat menimba ilmu darinya begitu banyak dan dapat
meriwayatkan hadits-haditsnya.
Imam Nasa`i
mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang di miliki oleh orang-orang pada
zamannya, sebagaimana beliau memiliki kejelian dan keteliatian yang sangat
mendalam. maka beliau dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama kibar,
berjumpa dengan para imam huffazh dan yang lainnya, sehingga beliau dapat
menghafal banyak hadits, mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya
beliau memperoleh derajat yang pantas dalam disiplin ilmu ini.
Beliau telah menulis
hadits-hadits dla’if, sebagaimana beliaupun telah menulis hadits-hadits
shahih, padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh ulama pengkritik hadits,
tetapi imam Nasa`i mampu untuk melakukan pekerjaan ini, bahkan beliau memiliki
kekuatan kritik yang detail dan akurat, sebagaimana yang di gambarkan oleh al
Hafizh Abu Thalib Ahmad bin Sazhr; ‘ siapa yang dapat bersabar sebagaimana
kesabaran An Nasa`i? dia memiliki hadits Ibnu Lahi’ah dengan terperinci – yaitu
dari Qutaibah dari Ibnu Lahi’ah-, maka dia tidak meriwayatkan hadits darinya.’
Maksudnya karena kondisi Ibnu Lahi’ah yang dla’if.
Dengan ini
menunjukkan, bahwa tendensi beliau bukan hanya memperbanyak riwayat hadits
semata, akan tetapi beliau berkeinginan untuk memberikan nasehat dan
menseterilkan syarea’at (dari bid’ah dan hal-hal yang diada-adakan)
Sebagaimana imam
Nasa`i selalu berhati-hati dalam mendengar hadits dan selalu selektif dalam
meriwayatkannya. Maka ketika beliau mendengar dari Al Harits bin Miskin, dan
banyak meriwayatkan darinya, akan tetapi beliau tidak mengatakan; ‘telah
menceritakan kepada kami,’ atau ‘telah mengabarkan kepada kami,’ secara
serampangan, akan tetapi dia selalu berkata; ‘dengan cara membacakan kepadanya
dan aku mendengar.’ Para ulama menyebutkan, bahwa faktor imam Nasa`i melakukan
hal tersebut karena terdapat kerenggangan antara imam Nasa`i dengan Al Harits,
dan tidak memungkinkan baginya untuk menghadiri majlis Al Harits, kecuali
beliau mendengar dari belakang pintu atau lokasi yang memungkinkan baginya
untuk mendengar bacaan qari` dan beliau tidak dapat melihatnya.
Rihlah (perjalanan) Beliau
Imam Nasa`i
mempunyai lawatan ilmiah cukup luas, beliau berkeliling kenegri-negri Islam,
baik di timur maupun di barat, sehingga beliau dapat mendengar dari banyak
orang yang mendengar hadits dari para hafizh dan syaikh.
Di antara negeri
yang beliau kunjungi adalah sebagai berikut;
- Khurasan
- Iraq; Baghdad, Kufah dan Bashrah
- Al Jazirah; yaitu Haran, Maushil dan sekitarnya.
- Syam
- Perbatasan; yaitu perbatasan wilayah negri islam dengan kekuasaan Ramawi
- Hijaz
- Mesir
Guru-guru
beliau
Kemampuan intelektual Imam Nasa’i menjadi matang dan berisi
dalam masa lawatan ilmiahnya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya di
daerah Nasa’ tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena di daerah inilah,
beliau mengalami proses pembentukan intelektual, sementara masa lawatan
ilmiahnya dinilai sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.
Di antara guru-guru beliau, yang teradapat di dalam kitab
sunannya adalah sebagai berikut;
- Qutaibah bin Sa’id
- Ishaq bin Ibrahim
- Hisyam bin ‘Ammar
- Suwaid bin Nashr
- Ahmad bin ‘Abdah Adl Dabbi
- Abu Thahir bin as Sarh
- Yusuf bin ‘Isa Az Zuhri
- Ishaq bin Rahawaih
- Al Harits bin Miskin
- Ali bin Kasyram
- Imam Abu Dawud
- Imam Abu Isa at Tirmidzi, dan yang lainnya.
Murid-murid
beliau
Murid-murid yang
mendengarkan majlis beliau dan pelajaran hadits beliau adalah;
- Abu al Qasim al Thabarani
- Ahmad bin Muhammad bin Isma’il An Nahhas an Nahwi
- Hamzah bin Muhammad Al Kinani
- Muhammad bin Ahmad bin Al Haddad asy Syafi’i
- Al Hasan bin Rasyiq
- Muhammad bin Abdullah bin Hayuyah An Naisaburi
- Abu Ja’far al Thahawi
- Al Hasan bin al Khadir Al Asyuti
- Muhammad bin Muawiyah bin al Ahmar al Andalusi
- Abu Basyar ad Dulabi
- Abu Bakr Ahmad bin Muhammad as Sunni, dan yang lainnya.
Persaksian
para ulama terhadap beliau
Dari kalangan ulama seperiode beliau dan murid-muridnya
banyak yang memberikan pujian dan sanjungan kepada beliau, di antara mereka
yang memberikan pujian kepada beliau adalah;
- Abu ‘Ali An Naisaburi menuturkan; ‘beliau adalah tergolong dari kalangan imam kaum muslimin.’ Sekali waktu dia menuturkan; beliau adalah imam dalam bidang hadits dengan tidak ada pertentangan.’
- Abu Bakr Al Haddad Asy Syafi’I menuturkan; ‘aku ridla dia sebagai hujjah antara aku dengan Allah Ta’ala.’
- Manshur bin Isma’il dan At Thahawi menuturkan; ‘beliau adalah salah seorang imam kaum muslimin.’
- Abu Sa’id bin yunus menuturkan; ‘ beliau adalah seorang imam dalam bidang hadits, tsiqah, tsabat dan hafizh.’
- Al Qasim Al Muththarriz menuturkan; ‘beliau adalah seorang imam, atau berhak mendapat gelar imam.’
- Ad Daruquthni menuturkan; ‘Abu Abdirrahman lebih di dahulukan dari semua orang yang di sebutkan dalam disiplin ilmu ini pada masanya.’
- Al Khalili menuturkan; ‘beliau adalah seorang hafizh yang kapabel, di ridlai oleh para hafidzh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya, ketekunannya, dan perkataannya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam masalah jarhu wa ta’dil.’
- Ibnu Nuqthah menuturkan; ‘beliau adalah seorang imam dalam disiplin ilmu ini.’
- Al Mizzi menuturkan; ‘beliau adalah seorang imam yang menonjol, dari kalangan para hafizh, dan para tokoh yang terkenal.’
Hasil
karya beliau
Imam Nasa`i
mempunyai beberapa hasil karya, diantaranya adalah;
- As Sunan Ash Shughra
- As Sunan Al Kubra
- Al Kuna
- Khasha`isu ‘Ali
- ‘Amalu Al Yaum wa Al Lailah
- At Tafsir
- Adl Dlu’afa wa al Matrukin
- Tasmiyatu Fuqaha`i Al Amshar
- Tasmiyatu man lam yarwi ‘anhu ghaira rajulin wahid
- Dzikru man haddatsa ‘anhu Ibnu Abi Arubah
- Musnad ‘Ali bin Abi Thalib
- Musnad Hadits Malik
- Asma`u ar ruwah wa at tamyiz bainahum
- Al Ikhwah
- Al Ighrab
- Musnad Manshur bin Zadzan
- Al Jarhu wa ta’dil
Wafatnya
beliau
Para ulama sepakat bahwa imam an-nasa’I wafat pada tahun
303 H. namun tentang bulan dan tempat wafatnya masih diperselisihkan.
Pendapat pertama mengatakan bahwa beliau meninggal di
makkah dan dimakamkan di antara shafa dan marwa. Ini adalah pendapat al-hakim
dan an-naisaburi.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat kedua, yaitu pendapat
murid imam nasa’I sendiri, al-hafizh abu sa’id bin yunus, penulis kitab ‘tarikh
mishr’. Beliau mengatakan dalam kitabnya tersebut bahwa imam nasa’I
meninggal pada hari senin 13 shafar di palestina. Ini merupakan pendapat yang
dirajihkan oleh imam adz-dzahabi dan juga al-hafizh bin nuqthah.
Imam an-nasa’I adalah al-imam as-sittah yang terakhir meninggal.
Namun demikian beliau adalah yang dituakan sebagaimana yang dikatakan oleh
as-sakhawi. Imam an-nasa’I meninggal pada usia
88 tahun. Semioga Allah merahmati beliau dan memberikan tempat yang
tenang di dalam jannah. Amin.
Referensi
-
Al-Madhal
ila Sunan An-Nasa’i, Dr. Muhammad Muhammadi bin Jamil An-Nuristani, Maktabah
Asy-Syu’un Alfaniyah, cetakan I tahun 1429 H / 2008 M, Kuwait
-
Athlas
Al-Hadits An-Nabawi min Al-Kutub Ash-Shohah As-Sittah, Dr. Syauqi Abu
Al-Khalil, Darul Fikr, Damsyiq
-
Sunan An-Nasa’i
As-Sughra, Darus Salam, cetakan I tahun 1420 H / 1999 M, Riyadh
-
60
Biografi Ulama’ Salaf, Syeikh Ahmad Farid, Al-Kautsar, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar