assalamu'alaikum sahabat baca semua terimah kasih atas kunjungan sahabat semua

Kamis, 03 Maret 2016

Tawakal



Tawakal
Segala puji milik Allah swt yang telah melimpahkan segala kenikmatan atas hambanya. Sholawat beriring salam semoga selalu tercurah atas Nabi Muhammad saw juga atas segenap keluarga, sahabat beliau serta bagi mereka yang selalu mengikuti langkah langkahnya.
Dalam kehidupan didunia kita tentunya takkan pernah absen dari  permasalahan dan tak luput jua dengan urusan urusan yang menyulitkan hidup. karena pada dasarnya kehidupan yang kita jalani adalah lika liku untuk memecahkan permasalahan, baik yang menyangkut duniawi atau ukhrowi. Acapkali bagi seorang muslim jika ia mendapatkan suatu masalah atau urusan yang tak kunjung terpecahkan dan terselesaikan,  ia akan meminta bantuan kepada orang lain, tentunya setelah ia berusaha untuk menyelasaikannya. Namun demikian halnya, kita selaku seorang yang mengaku beriman kepada Rob yang maha mengatur, memberi, mengasihi harusnya terlebih dahulu untuk meminta pertolongan kepada-Nya, menyerahkan segala urusan kepada-Nya, menggantungkan segalanya hanya kepada Alloh swt semata, yang sebelumnya kita telah berusaha dengan segala daya dan upaya yang kita miliki. Karena, meggantungkan serta menyerahkan segala urusan hanya kepada Alloh swt  semata, niscaya Alloh swt akan mencukupkan dan memberikan yang terbaik untuk hambanya.  
Allah swt berfirman :

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً
            Artinya : " Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. ( Ath Tholaq : 3)
            Menggantungkan serta menyerahkan segala urusan dan masalah hanya kepada Allah swt sering disebut Tawakal Ilallah. Namun demikian, masih banyak saudara saudara kita yang terlampau jauh kelirunya dalam memaknai tawakal. Mereka menyandarkan dan mengantungkan segala urusan kepada Allah swt namun tanpa ada usaha, sampai dengan urusan rizkinya mereka bergantung kepada selain Allah swt. Na'udzubillah min dzalik.  
            Pembaca yang budiman, semoga dengan membaca tulisan yang singkat ini bisa memberikan sedikit pencerahan dalam memahami hakikat tawakal, jangan sampai kita terperdaya dengan rayuan manis syaitan yang senantiasa akan menjerumuskan kepada lubang kehinaan, baik didunia atau diakhirat. 
            Pengertian
Mengenai arti dari tawakal adalah secara bahasa At Tawakkul merupakan masdar (asal kata) dari kata kerja Tawakkala Yatawakkalu, yang mempunyai beberapa makna. Ketika disebutkan, “Tawakkala Ar Rojulu fil Amri” (seseorang bertawakkal dalam suatu urusan) berarti orang tersebut menampakkan kelemahan dan bersandar kepada orang lain.[1]
Adapun menurut istilah adalah penyandaran kepada Alloh swt dalam terwujudnya segala yang diharapkannya dan hilangnya apa yang benci, dengan keyakinan kepada Alloh swt serta mengerjakan sebab-sebab yang diperbolehkan.[2]
            Demikian telah kita ketahui arti dari tawakal secara bahasa dan istilah. Maka seharusnya bagi seorang muslim untuk selalu menyandarkan dan menggantungkan segala urusannya kepada Allah swt, karena Dialah sebaik baik pemberi pertolongan. Namun demikian, tawakal kepada Allah swt memiliki syarat yang harus dipenuhi :
1.      Hendaklah kepasrahan dan penyandaran kita kepada Allah swt secara yakin dan benar, jujur hakiki tidak tercampuri oleh kesyirikan.
2.      Mengerjakan sebab sebab yang sesuai dengan syariat islam.
yang dimana dua syarat diatas menuntut sebuah keseimbangan, yaitu antara usaha yang kita kerjakan dengan kepasrahan dan penyandaran hanya kepada Allah swt semata. Dengan demikian, perlu kita ketahui bahwa, barangsiapa yang lebih besar penyandarannya terhadap sebab, maka ia mengurangi kesempurnaan ketawakkalannya kepada Alloh swt. Dan sebaliknya, barangsiapa yang lebih besar ketawakkalannya kepada Alloh swt dan mengesampingkan usaha, maka ini merupakan kecacatan dalam hikmah Alloh swt. Misalnya orang yang hendak memiliki anak hendaknya ia berusaha dengan menikah, bukan sebaliknya orang yang menginginkan anak, tapi ia tidak mau menikah.[3] Dapat dikatakan juga tawakal adalah kesungguhan hati dalam menyandarka segala urusan kepada Allah swt untuk mendapatkan kemaslahatan dan mencegah kemudhorotan baik yang menyangkut urusan dunia atau akhirat.
Tawakal termasuk setengah dari dien Islam, karena barangsiapa mewujudkan takwa dan tawakal seorang akan menggapai kebaikan dien dan dunia. Sebagaimana sabda Nabi saw yang diriwayatkan dari Umar bin Khotob ra :
لو أنكم كنتم توكلون على اللَّه حق توكله ، لرزقتم كما يرزق الطير ، تغدو خماصا وتروح بطانا
" jikalau kalian bertawakal kepada Allah swt, dengan sebenarnya niscaya Allah swt akan memberikan rizki kepada kalian seperti seekor burung. Pagi pagi ia keluar keluar dalam keadaan lapar dan pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang ". [4]
Dan serupa dengan apa yang kita ucapkan dalam setiap sholat : إياك نعبد وإياك نستعين . yang maknanya kita meminta pertolongan harus menyandarkan segalanya  hanya kepada Allah swt semata, yang sesungguhnya ia akan memberi pertolongan kepada kita dalam lingkup untuk ibadah kepada-Nya.  
Tawakal harus didasarkan pada tauhid yang benar. Adapun tauhid dalam hal ini ada beberapa tingkatan, diantaranya :
1.      Hati harus membenarkan wahdaniyah (keesaan) Alllah swt.
2.      seorang hamba melihat berbagai macam benda yang bermacam macam, lalu ia melihatnya dari satu sumber. Demikian adalah bentuk orang orang yang taqorrub.
3.      seorang hamba harus melihat dengan mata hatinya bahwa tidak ada yang bisa berbuat kecuali hanya Allah swt semata dan tidak memandang kepada selain Allah swt. Yaitu seorang hamba kepada-Nya ia takut dan kepada-Nya ia bertawakal. Karena pada hakikatnya Allah swt lah yang berbuat.[5]
Sebagian manusia ada yang beranggapan bahwa makna dari tawakal adalah tidak perlu berusaha dengan anggota badan, tidak perlu mempertimbangkan dengan hati dan cukupmenjatuhkan ketanah seperti orang yang bodoh atau seperti pakan yang diletakkan di kail atau atas papan pemancing. Tentu saja ini mearupakan persepsi atau stetemen yang kesalahannya sangat fatal. Dan dalam hali ini haram hukumnya dalam sayri'at islam.
Syari'at memuji orang orang yang bertawakal. Dimana pengaruh tawakal akan tampak mempengaruhi segala tingkah laku seorang hamba dan usahanya dalam maenggapai tujuan. Usaha seorang hamba bisa berupa mendatangkan manfaat yang belum didapat, seperti mencari penghidupan atau menjaga apa yang sudah ada. Usaha itu juga bisa untuk mengantisipasi datangnya mara bahayayang sudah datang, seperti menghindari serangan, atau bisa juga menyingkirkan bahaya yang sudah datang seperti berobat saat sakit.
Demikian adanya yang dapat kamisampaikan dalam wujud tulisan sederhana, semoga bearmanfaat untuk semua. Wallahu a'lam bishshowab


[1] Al Mu'jam Al Wasith, II/1054.
[2] Lihat Al Qoul Al Mufid 'Ala Kitab At Tauhid Syaikh 'Utsaimin II/51.
[3] Ibid.
[4] Dinukil dari kitab terjemahan " Tazkiyatun Nafs konsep penycian jiwa menurut ulama salafushsholih" HR : Tirmidzi Az Zuhd VII/8.  
[5] Terjemahan " Minhajul Qosidin" Ibnu Qudamah, yang diterjemahkan oleh Kathur suhardi, cet XIII : 1997 edisi revisi, Pustaka Al Kautsar. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar