assalamu'alaikum sahabat baca semua terimah kasih atas kunjungan sahabat semua

Sabtu, 05 Maret 2016

Biografi Ibnu Khuzaimah



Ibnu Khuzaimah
Nama,  kelahiran, dan sifat-sifatnya
Dia adalah Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah bin Mughirah bin Shaleh bin Bakar As Salmi An Naisaburi Asy Syafi’i. ia dilahirkan  pada busan Safar tahun 223 H di Naisabur[1].
Mengenai sifatnya, Imam As Subki mengatakan, “Pada suatu hari, seseorang berkata, “Bagaimana seandainya mengenakan pakaian yang indah?” Ia berkata, sama sekali aku tidak memperhatikan diriku sendiri, meskipun aku mempunyai pakaian lebih dari dua.”

Pada suatu hari, pernah ada seorang yang mengatakan, “Bagaimana jika seandainya kamu memotong rambutmu di pemandian umum?”Maka ia berkata, “Bagiku tidak ada hadits shahih yang menerangkan bahwa Rasulullah memasuki pemandian umum dan mencukur rambutnya. Budak perempuankulah yang memotong rambutku dengan gunting.”

Perjalanan menuntut ilmu
            Sudah sejak lama Ibnu Khuzaimah menginginkan untuk pergi (rihlah) untuk mendengarkan hadits Rasulullah, ketika itu ia senang berpergian ke Qutaibah, maka ia meminta izin kepada ayahnya, ayahnya menjawab, “Bcalah al Qur’an terlebih dahulu sampai aku mengijinkanmu.” Kemudian hari Ibnu Khuzaimah berkata, “Aku telah menyelesaikannya”, ayahku berkata, bacalah dalam shalat sampai kamu menyelesaikannya, lalu aku melakukannya. Tatkala aku datang padanya iapun mengizinkanku. Akupun pergi ke Marru, di Marru aku mendengarkan hadits dari Muhammad bin Hasyim.
            Bermula dari sinilah Ibnu Khuzaimah memulai rihlahnya ketika itu beliau berumur 17 th dan rihlah yang ia lakukan sampai ke bagian Timur.  

Sanjungan para Ulama’ terhadapnya
            Imam Adz Dzahabi mengatakan, “Ibnu Khuzaimah adalah seorang Al Hafizh, menjadi sandaran hujjah, ahli fikihh, syeikh Al islam dan imama para imam.”[2]
            Abu Al Hasan Ad Daruquthni mengatakan: “Ibnu Khuzaimah adalah seorang imam, ahli hadits yang sangat teliti dan ulama yang tiada duanya.”
            Al Isnawi dalam thabaqatnya mengatakan: “Ibnu Khuzaimah menjadi satu-satunya imam pada masanya di Khurasan. Oleh karena itu, muruid-muruid dari berbagai negeri berdatangan padanya.”
            Al hakim mengatakan, “Menurutku, kelebihan-kelebihan Ibnu Khuzaimah, jika ditulis, dikumpulkan dalam banyak halaman buku, sementara karya-karyanyalebih dari dua ratus empat puluh buku. Itu belum karya-karyanya yang berisi masalah-masalh khusus yang terdiri lebih dari seratus juz. Ia mempunyai karya yang membahas fiqih hadits buraidah sebanyak tiga juz.[3]
            At Taj as Subki mengatakan’ “Ibnu Khuzaimah adalah seorang mujtahid mutlaq, lautan ilmu yang tidak mongering, ulama besar yang tidak terkalahkan hujjahnya, manusia yang mengumpulkan ilmu-ilmu yang terpisah-pisah dan manusia yang  derajatnya tinggi sehingga didatangi oleh berbagai ulama’ besar pada masanya.

Keluasan Ilmunya dan cara mendapatkannya
            Suatu hari, Ibnu Khuzaimah ditanya oleh seseorang, “dari mana engakau mendapatkan ilmu? ”Ibnu Khuzaimah menjawab, “Rasulullah bersabda:
“Air Zamzam memberikan faedah sesui dengan yang diinginkan ppeminumnya.”
            Abu Muhammad Husainak mengatakan: “Aku mendengar Abu Bakar menukil dari Ali bin Khasyram bin Rahawaih bahwasanya ia berkata: “Aku sudah hafal tujuh puluh ribu hadits, kemudian aku bertanya kepada Ibu Khuzaimah, “Berapakah hadits yang telah kamu hafal? “Ibnu Khuzaimah dengan memegang kepalaku sambil menjawab, “Kamu terlalu mengurusi pekara yang kurang ada gunanya, aku tidaklah menulis hitam di atas putih melainkan aku telah mengetahuinya.”
            Abu Hatim ibu Hibban at Tamimi mengatakan, “Aku tidak mengetahui manusia di atas bumi yang hafal sunnah Rasulullah saw beserta lafal-lafalnya yang shahih dan tambahan-tambahan padanya hingga seolah seluruh sunnah Rasulullah saw berada di depan kedua matanya, kecuali Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah.”[4]
            Muhammad bin Ismail as Sukkari mengatakan: “aku mendengar ibnu Khuzaimah mengatakan, “Aku menghadiri majlis Al Muzni, lalu ada yang bertanya kepadanya tentang pembunuhan Syibh Al Amdi, “esungguhnya membagi pembunuhan dalam al Qur’an menjadi dua macam, yaitu pembunuhan yang disengaja dan pembunuhan yang tidak sengaja. Kenapa kamu membaginya menjadi tiga macam? Kamu juga menggunakan hadits dari riwayat Ali bin Zaid bin Jda’an.”
            Al Muzni diam,kemudian aku mengatakan kepada orang yang mencoba mendebat dengan al Muzni tersebut, “Hadits tersebut juga diriwayatkan Ayyub dan Khalid al Hidza. “Orang yang mengajak debat tersebut bertanya, “Kalau begitu, siapakah Aqabah bin Aus? “Aku menjawab, “Syeikh dari Bashrah, yang ibnu Sirin telah mengambil riwayat darinya, meskipun ibnu Sirin sendiri adalah ulama besar, “Orang tersebut berkata kepada Al Muzni, “Kamu yang ikut berdebat atau dia. “Al Muzni mengatakan, apabila menyangkut masalah hadits, maka dialah yang menanganinya, karena dia lebih tahu tentang hadits dari padaku, baru setelah itu aku bicara.”
            Adz Dzahabi mengatakan, “Imam ini adalah ulama besar yang menguasai biografi para perawi hadits. Sebagaimana yang diriwayatkan guru al Hakim yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Ja’far, Inbu Khuzaimah mengatakan, “Aku tidak mengambil hujjah dari syahr bin Hausyab, Harits bin Utsman, karena madzhab yang mereka anut; Abdullah bin Umar, Baqiah, Muqatil bin Hayan, Asy’ats bin Sawwar, Ali bin Jud’an, karena buruk hafalannya; Ashim bin Abdillah, Ibnu Aqil...

Keteguhannya dalam mengikuti sunnah
            Adz Dzahabi mengatakan, “Barangsiapa yang berikrar seperti itu karena membenarkan al Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah saw, beriman dengan yang diikrarkan tersebut, menyerahkan maknanya kepada Allah swt, tidak masuk dalam takwil dan tidaka mendalam padanya, maka ia adalah seorang muslim yang mengikuti sunnah Rasulullah saw.”
            Dan barangsiapa yang menolak hal tersebut, namun ia tidak mengerti keterangannya dalam al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw, maka ia adalah orang yang lalai. Bagi orang yang demikian, Allah akan mengampuninya karena tidak ada perintah yang mewajibkan kepada setiap muslim untuk menghafalkan semua keterangan tentang hal tersebut.”
            Sedangkan barangsiapa yang menolak hal tersebut setelah ia tahu, menjalani jalan yang bukan jalan orang salafush Shalih, dan memahami dengan akal terhadap nash, maka urusannya adalah kepada Allah, kita berlindung kepadaNya dari kesesatan dan hawa nafsu.”
            Abu Al Walid Hassan bin Muhammad al Faqih mengatakan, “Aku mendengar Ibnu Khuzaimah berkata’ Al Qur’an adalah kalamullah, barangsiapa yang mengatakan bahwa al Qu’an adalah makhluq maka ia adalah kafir yang harus disuruh bertaubat, jika ia mau bertaubat maka dibiarkan, dan jika ia tidaka mau bertaubatmaka dibunuh, dan tidak dikuburkan di pemakaman kaum muslimin.
            Adz Dzahabi mengatakan, “Ibnu Khuzaimah disegani dan dihormati orang, kerena ilmu, agama, dan keteguahannya dalam mengikuti sunnah. Ia mempunyai kitab yang berjilid besar dalam masalah tauhid. Dalam kitab tesebut ia melakukan takwil terhadap hadits tentang dapat dilihatnya Allah besok hari kiamat.
            Al Hakim mengatakan, “Aku mendengar Abu Amr bin Ismail mengatakan, “Aku pernah berada di majelis Ibnu Khuzaimah. Saat itu, ia meminta tolong kepadaku untuk mengambilkan pena. Lalu, aku memberikan pena tersebut kepadanya dengan tangan kiriku karena tangan kananku berwarna hitam sebab terkena tinta yang aku menggunakan menulis.
            Namun ia tidak mau mengambil pena tersebut dari tanganku. Sebagian teman-temannya mengatakan kepadaku, “Sebaiknya kamu memberikan pena itu dengan tangan kananmu. “Aku mengambil pena dengan tangan kananku dan memberikannya kepadanya, lalu ia mau mengambilnya.

Guru dan Muridnya
Guru-gurunya: Adz Dzahabi mengatakan, “Ibnu Khuzaimah menimba ilmu dari syeikh Ishaq bin Rahawiyah dan Muhammad bin Humaid, namun ia tidak meriwayatkan hadits mereka karena ia berguru padaya tatkala ia masih kecil.
            Selain itu ia juga berguru kepada Mahmud bin Ghailan, Utbah bin Abdillah al Marwazi, Ali bin Juhr, Ahmad bin Mani’, Basyar bin Mu’adz, Ubay bin Kuraib, Abdul Jabbar bin Al Alla’, Ahmad bin Ibrahim ad Dauraqi dan saudaranya Ya’qub, Ishaq bin Syahin, Amr bin Ali, Ziyad bin Ayyub,Muhammad bin Muhran al Jammal, Abu Said Al Asyaj, Yusuf bin Wadhih Al Hasyimi, Muhammad bin Basyar, Muhammad bin Matsni, al Husain bin Harits.
            Selain yang disebutkan di atas, ia juga masih mempunyai beberapa guru seperti; Muhammad bin Abdil A’la ash Shan’ani, Muhammad bin Yahya, Ahmad bin Abdah adh Dhabbi, Nashr bin Ali, Muhammad bin Ali, Muhammad bin Abdillah Al Makhzumi, Yunus bin Abdil A’la, Ahmad bin Abdirrahman Al Wahabi, Yusuf bin Musa, Muhammad bin Rafi’, Muhammad bin Yahya Al Qaththani, Salam bin Janadah, Yahya bin Hakim, Ismail bin Bisyr bin Mansyur As Salimi, Al Hasan bin Muhammadaz Za’farani, Harun bin Ishaq al Hamdani, Ishaq bin Musa al Khathami, Muhammad bin Abban al Balakhi dan masih ada guru-gurunya yang belum disebutkan di sini.
            Sedangkan Murid-muridnya diantaranya adalah; Adz Dzahabi mengatakan, “Murid-muridnya adalah Imam Al Bukhari dan Muslim, Muhammad bin Abdillah bin Abdil Hakam, Ahmad bin Mubarak al Mustamli,  Ibrahim bin Abi Thalib, Abu Hamid Asy Syarqi, Abu Abbas Ad Daghuli, Abu Ali Al Husain bin Muhammad an Naisaburi, Abu Hatim Al Basti, Abu Ahmad bin Adi, Abu Amr bin Hamdan, Ishaq bin Sa’ad An Nasawi,


Karya-karyanya
            Abu Abdillah Al Hakim mengatakan, sebagaimana yang kami ketahui, bahwa karya-karya Ibnu Khuzaimah ada sekitar 140, diantara buku-buku karya beliau adalah, kitab tauhid, sya’nud Du’a wa Tafsirul Ad’iyah al Ma’tsurah ‘an Rasulullah, kitabul Asysibah, kitabul Imamah, kitabul Ahwal, kitabul Iman wan Nudzur, kitabul Bir wash Shilah, kitabul Buyu’, kitabut Tafsir, kitabut Tawakkal, kitabul Janaiz, kitabul Jihad, kitabud Dua, kitabud Da’awat, kitab dzikr Naim Al Jannah, kitabush Shadaqah, kitab Shifat Nuzulul Qur’an, kitab Shalatul Kabir, kitabush Shalah, dll.[5]

Akhir hidupnya
            As Subki mengatakan, “Ibnu Khuzaimah meninggal pada tahun 311 H. Sebagian penyair telah mengenangnya dengan syair mereka;
Wahai Ibnu Ishaq, kau pergi menyisakan sedih hati
Kedalam kubur kau pergi tinggalkan kami
Engakau pergi bukan karena ilmu memusuhimu
Kami bukan menguburmu tapi mengubur ilmu

Maroji’
1.         siyarul a’lam an nubala’.
2.         shahih ibnu khuzaimah.
3.         60 geografi ulama’ salaf syaikh ahmad farid.



[1] Shahih Ibnu Khuzaimah: 1/7
[2] Siyar A’lam an Nubala’, 14/365
[3] 60 biografi ulama salaf: 625. Siyar A’lam an Nubala’: 14/376
[4] Siyar A’lam an Nubala’”: 14/
[5] Shahih ibnu Khuzaimah: 1/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar