assalamu'alaikum sahabat baca semua terimah kasih atas kunjungan sahabat semua

Sabtu, 05 Maret 2016

~Nilai agung dibalik jernihnya hati~



Nilai agung dibalik jernihnya hati

Ketika rasulullah saw sedang bermajlis dengan para sahabatnya dimasjid, beliau bersabda “akan datang seorang calon penghuni jannah.” Dari sabda beliau tersebut menimbulkan sejuta pertanyaan didalam benak hati para sahabat. Siapakah kiranya orang tersebut? Gerangan amalan apakah yang ia kerjakan, sehingga mendapat kedudukan jannah?. dengan antusias semua mata para sahabat yang hadir tertuju kepintu masjid menunggu kedatangan calon penghuni jannah.

Beberapa saat setelah para sahabat saling bertanya-tanya perihal orang tersebut, datang laki-laki yang tak begitu dikenal orang kebanyakan, yang keutamaannya hampir tidak diketahui oleh para sahabat, inikah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah saw?. Keraguan dan penasaran pun menyelinap disetiap hati para sahabat.
Perihal seorang calon penghuni jannah itupun berlangsung selama tiga kali, setiap nabi saw dan para sahabat bermajlis beliau  selalu bersabda : “akan datang seorang calon penghuni jannah.” Maka yang datang adalah laki-laki tersebut. Keraguan perihal orang itupun mulai hilang, karena sudah tiga kali nabi bersabda akan seorang calon penghuni jannah maka laki-laki itu yang selalu muncul.
Nmaun hal ini pun masih membuat salah seorang sahabat semakin penasaran, amalan apa yang ia kerjakan sehingga nabi saw menjulukinya sebagai calon penghuni jannah? Ia pun datang kepada laki-laki tersebut, dan ia utarakan maksudnya untuk bermalam dirumahnya. Hal itu ia lakukan lantaran ingin tahu apa yang ia kerjakan.
Pada hari pertama sahabat itu mengikuti kegiatan yang dilakukan calon penghuni jannah tersebut, semuanya terlihat biasa biasa saja. Pada malam harinya ia tidak mendapatkan dirinya kecuali mengerjakan amalan wajib, membaca al-Quran dan ibadah sunnah lainnya, kemudian ia tidur. Dan bangun ketika adzan berkumandang. Hal itu pun berlangsung selama tiga hari.
Betapa herannya sahabat dibuatnya, semua amalan yang ia kerjakan biasa saja. Hingga sahabat tersebut hilang kesabaran lantaran jatah betamunya sudah habis, ia segera menemui tuan rumah dan menanyakan perihal sabda Rosulullah saw mengenai dirinya. Ia berterus terang mengenai tujuannya bermalam. Kemudian ia bercerita tentang pernyataan Rasulullah saw  Dan  bertanya,“Wahai fulan, sungguh kami dibuat heran tentang engkau, sesungguhnya amalan istimewa apakah yang engkau kerjakan sehingga engkau disebut oleh Rosulullah sebagai salah satu calon penghuni jannah? Bolehkah engkau beritahukan kepada kami agar dapat mencontohmu”.? laki-laki calon penghuni jannah itu menjawab,” Wahai sahabat, seperti yang engkau lihat selama ini dalam keseharian ku. Aku adalah seorang muslim biasa-biasa saja dengan amalan biasa pula, begitulah adanya mengenai diriku. Mungkin amalan ini yang belum aku beritahukan kepada mu. Ketahuilah, setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku, bermuhasabah. Ku maafkan orang-orang yang menyakitiku dan ku buang semua iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada saudaraku sesama muslim yang bercokol dalam hati. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah saw menjuluki yang demikian.”
Mendengar keterangan dari laki-laki  itu, wajah sang sahabat menjadi tersenyum cerah. “Terima kasih fulan, atas hikmah yang engkau berikan. kami akan memberitahu kepada para sahabat mengenai hal ini”. Sang sahabat pun lantas pamit dengan membawa pelajaran yang sarat akan keagungan akhlaq.
Pembaca, betapa agungngya nilai sebuah amalan kecil, yang mungkin dikebanyakan manusia dianggap biasa. Yah, membersihkan hati, bermuhasabah, itulah kiranya yang laki-laki diatas lakukan sehingga Rosulullah saw menjulikinya sebagai calon penghuni jannah.  Membersihkan hati dari noda kemaksiatan, dari rasa iri, dengki, dendam dan memaafkan orang lain. yang pada hakikatnya  dari hati yang bersih menjadi kunci seorang mendapat jannah. Sebagaimana laki-laki diatas.
Hati laksana kaca. Sebagai seorang hamba tentunya harus senantiasa tekun membersihkannya agar ia tetap bersih dan terang. Tidak penuh dengan bintik hitam dan noda. Hanya dengan membersihkan hati akan diraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Hati adalah anugrah yang Allah swt berikan kepada setiap insan, dengan hati seorang dapat mengenali Rob-nya, dengan hati yang bersih pula seorang dapat membedakan antara baik dan buruk, bahkan sebaliknya adanya hati yang dianugrahkan kepada seseorang justru digunakan menyimpan dendam, rasa iri, dengki dan prasangka buruk terhadap saudaranya.
Alangkah indahnya jika hati ini bersih dari noda kejelekan, bersih dari fitnah syahwat dan syubhat yang membinasakan. Dimana ia menjadi pusat ketenangan ketika hiruk pikuk dunia menghantui. Menjadi sarana mendekatkan diri kepada sang pemberi rizki ketika gundah gulana. Dengan demikian Kebahagiaan dan kesengsaraan yang ada bukan dinilai dari materi, namun itu semua dapat dinilai dari hati. Hati adalah saksi yang akan menyelamatkan si empunya atau membinasakannya. seorang yang kembali kepada Allah swt dengan hati bersih, yang hidup tegak diatas kebenaran ia berhak mendapat jannah yang dijanjikan Allah swt.
يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
”Pada hari di mana tiada manfaat harta benda dan anak-anak, kecuali siapa yang datang dengan qalbun salim (hati yang selamat).” (QS. asy-Syu’ara 88-89)
Yang dimaksudkan adalah hati yang selamat dari kesyirikan, tidak ragu terhdap Allah swt, yang selalu tegak dalam kebenaran dan selalunya ikhlas dalam setiap keadaan. Begitulah keadaan hati yang Allah swt janjikan jannah.
Macam hati manusia
Hati adalah pengerak semua anggota badan, jika hati sehat maka apa yang di gerakkan adalah kebaikan dan bernilai ibadah, namun jika hati telah kotor dengan maksiat ia akan membinasakan si empunya. Rosulullah saw bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
          dalam jasad setiap insan ada segumpal daging, jika keadaan daging itu baik maka baik pula seluruh anggota badan, namun jika yang terjadi sebliknya maka yaitu rusak, maka rusaklah seluruh anggota badannya”. (HR: Bukhori)


Dengan demikian, hati yang Allah swt berikan kepada setiap insan ada yang hidup dan mati. Yang para ulama membaginya menjadi 3:,
1.      Hati yang sehat, tidak cacat dan banyak bercak hitamnya kemaksiatan.
Hati yang selalunya teguh diatas kebenaran, didalamnya tidak ternodai dengan iri, dengki dan prasangka buruk terhadap saudaranya. Hati yang membawa kepada keselamatan didunia dan akhirat. Antara hati dan anggota badan lainnya menyatu untuk melakukan kebaikan.  
Sehatnya hati adalah lantaran ia selalu terjaga dari perkara buruk, bersih dari hinanya fitnah syahwat, selamat dari segala hinanya fitnah syubhat yang ada di sekelilingnya. Hati yang sehat adalah ia mencintai karena Allah swt, membenci karena Allah swt. Dan yang memberikan semua ketaatan dan kepasrahannya kepada sang kholiq. Hati yang sehat adalah selalunya ikhlas dalam melakukan segala perintah dan sesuai petunjuk Rosul-Nya.

2.      Hati yang cacat.
Didalam hati inilah tercampur ketaatan kepada Allah swt dan hawa nafsu. Antara baik dan buruk saling bertentangan. Hati yang pada waktu tertentu takut kepada Allah swt, dilain waktu ia masih gemar bermaksiat kepada-Nya. Hati yang didalamnya ada cinta, ikhlas, namun didalamnya juga ada benci, riya’ dan angkuh.

3.      Hati yang mati.
Didalamnya tiada kehidupan, sehingga ketika sampai kepadanya peringtan ia tetap beku, bagai karang tetap kokoh dalam keangkuhannya. Tiada cahaya ilahi yang datang kepadanya melainkan tertolak begitu saja, Hati tersebut tidak menganal Robnya saerta tiada ketundukan kepada-Nya, tiada menjalankan perintah sesuai dengan perintah-Nya.
Hati yang mati selalunya menuruti kesenangan nafsu, meskipun mendapatkan murka dan kebencian Allah swt dan Rosul-Nya dan kepada umat manusia. Kepada-Nya ia tidak malu dalam bermaksiat, Semua itu tidak diperdulikannya, yang terpenting baginya adalah keinginannya bisa terwujud. Bukan Allah swt sebagai pemimpinnya, namun nafsu yang hina adalah pemimpinnya, kejahilan adalah petunjuk jalannya, yang kesumuanya bertujuan mendapatkan kesenangan duniawi, nafsu yang terpenuhi.
            Nah, lantas dimanakah tingkatan hati kita? Apakah hati yang sehat, lurus tegak diatas kebenaran, atau hati cacat yang tercampur untuk melakukan kebaikan dan kejelekan atau hati yang mati?.
Hati yang selalu tunduk, pasrah dan ikhlas adalah hati yang sehat –qolbul salim-. Sedang hati yang enggan dengan cahaya ilahi, menolak kebenaran adalah hati yang mati. Dan hati yang terombang ambing adalah hati yang sakit, ia dapat membawa kepada keselamatan namun juga rawan melakukan kehinaan.
            Qolbun salim adalah ia benar-benar hidup sehat dibawah cahaya ilahi, penuh ketawadhuan dan menyerahkan semua kepasrahan hanya kepada Allah swt semata. Semoga kita termasuk dari hambanya yang memiliki hati yang sehat bukan sakit apalagi mati, wai’iyadhu billah, hati yang hidup dengan kebenaran adalah dari ia hakikatnya hidup adapun hati yang congkak, enggan terhadap kebenaran pada hakikatnya ia telah mati sejak awalnya.
            “wahai Rob yang dengan kuasa-Mu dapat membolak-balikkan hati setiap insan, hambamu berlindung agar selalu tetap dalam jalan Din-Mu, wahai Rob yang dengan kuasa-Mu dapat mengubah hati setiap insan, tetapkanlah hati ini untuk selalu taat kepada-Mu”.



           

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar